Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Asabri Menyusul Jiwasraya, Potensi Kerugian Hingga Rp 10 Triliun?

11 Januari 2020   09:58 Diperbarui: 16 Januari 2020   19:03 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantas Asabri pun mengkoleksi saham PT.Indofarma. Tbk (INDF)  yang jatuh dari harga Rp.5.048 per lembar saham pada Januari 2019, menjadi Rp. 846 per lembar saham di awal Januari 2020. Porsi kepemilikan saham yang dimiliki Asabri  sebanyak 13,91 persen.

Kemudian saham PT. Prima Cakrawala Abadi. Tbk (PCAR) nilai nya di bulan Januari 2019 sebesar Rp. 4.953 per lembar saham, porsi kepemilikan Asabri di saham ini sebanyak  25,14 persen. Harga saham ini di awal Januari 2020 hanya Rp.440 per lembar saham.

Saham lain yang dimiliki Asabri adalah saham PT. Pelat Timah Nusantara.Tbk (NIKL)  yang awalnya berharga Rp.3277 per lembar saham pada Januari 2019, kini  hanya berharga Rp 744 per lembar saham. Porsi kepemilikan saham  10,31 persen.

Dan ada beberapa saham lainnya yang anjlok sangat dalam. Demi mengkonfirmasi hal ini dan untuk mengetahui kondisi ojektif Asabri  Erick Thohir memanggil Direktur Utama Asabri  Rony Hanityo Apriyanto.

Hasilnya, memang belum jelas benar Rony cuma menerangkan bahwa operasional perusahaan berjalan normal.

"Karena tadi masih pemaparan umum, kita belum bisa kasih gambaran apa yang akan dikerjakan dan apa yang disiapkan Asabri. Secara umum OK artinya nggak ada masalah operasional, OK," ujar staf khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga Jumat (10/1/20) seperti yang dikutip dari detik.com.

Entah apa yang sedang terjadi dengan asuransi-asuransi pelat merah ini, mereka begitu serampangan dalam melakukan investasi.

Padahal sudah ada aturan tertentu yang mengatur besaran investasi di satu sektor, jangan-jangan mereka hanya mengejar fee saja dari laku investasinya tersebut.

Kalau benar begitu ya bisa masuk dalam kategori  rasuah. Satu masalah besar belum selesai diatasi Jiwasraya, datang lagi Asabri. Hadeuh.

Sumber. [1] [2] [3] [4]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun