Tanpa disadari oleh mereka berdua tiba-tiba datang seorang petani sambil membawa cangkul di pundaknya, tanpa basa-basi menghardik si anak yang masih duduk di atas pungung keledai itu.
"heiyy.. bocah durhaka! tak punya rasa sopan santun sekali kau memperlakukan orang tua mu ini yang tua renta, kau enak-enakan menunggang keledai, sementara orang tua mu berjalan kaki", hardiknya.
Setelah puas menghardik, petani itu ngeloyor begitu saja berjalan menyusuri pematang sawah.
Si anak merenung sesaat lalu menengok ke arah ayahnya dengan raut wajah yang mulai kebingungan.
Si ayah berkata: "ya udah.., kita istirahat aja dulu nak! ayah cape banget nanti kita lanjutkan perjalanannya setelah beristirahat".
Si anak pun menurut dan segera turun dari punggung keledai lalu menuju pohon yang daunnya rindang untuk dijadikan sandaran sebagai pelepas rasa lelah. Sedangkan, si ayah telah bersandar di pohon satunya sambil kipas-kipaskan dengan ujung bajunya ke arah wajahnya demi mengusir hawa panas disekitarnya.
Lama sudah mereka beristirahat, tibalah saatnya mereka melanjutkan perjalanan.
Namun kali ini si anak yang mulai angkat bicara: "Saya tak mau menjadi anak durhaka yah.., Sebaiknya ayah yang berada diatas tunggangan sementara saya yang berjalan kaki".
Maka berlanjutlah perjalanan mudik mereka dengan cara yang berbeda yaitu si anak yang berjalan kaki sementara sang ayah berada di atas menunggang keledai.
Lama sudah mereka menempuh perjalanan hingga melintaslah mereka tepat didepan kedai sebuah warung. Dari dalam warung terdengar perkataan yang cukup keras hingga terdengar oleh si orang tua dan si anak kecil.