Lain halnya dengan Skinner yang berpendapat bahwa perubahan prilaku manusia itu terjadi secara alamiah dan secara kebetulan mereka menemukan stimulus tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan prilaku pada seseorang.Â
Bila Stimulus tersebut tidak lagi menyebabkan konsekusnesi tertentu atau perubahan prilaku tertentu maka dengan sendirinya stimulus tersebut menjadi tidak relevan.Â
Mengikuti logika Skinner tersebut, mestinya manusia akan secara natural juga mampu menemukan stimulus baru dalam mengembangkan pola laku dan pikirnya bila stimulus yang terdahulu telah menjadi tidak relevan.
Percobaan pada 'Skinner Box' menunjukkan bukti gagasannya tersebut dimana seekor tikus yang ditaruh di dalam box dengan tuas tertentu pada salah satu sisinya yang menghubungkan pada sumber makanan.Â
Secara tidak sengaja tikus menekan tuas tersebut lalu keluar makanan. Tindakan tidak sengaja tersebut membuat tikus menekan tuas secara berulang dan sealu diganjari makanan. Dari gagasan Skinner tersebut dapat diadaptasi ke dalam kegiatan pembelajaran pun dalam pendampingan lainnya terhadap peserta didik.
Catatan penutup
Teori belajar Behaviorisme merupakan sebuah pemikiran yang mana perubahan prilaku pada manusia (siswa dalam konteks sekolah) ditentukan oleh sesuatu yang ada di luar dirinya (faktor external).Â
Teori ini kemudian  seperti sebuah 'stimulus' sehingga melahirkan 'respons' dari pemikir lainnya untuk membetuk proposisi baru, terutama faktor internal dari manusia yang kemudian dapat membentuk responsnya terhadap sebuah stimulus bahkan sampai tidak merespon sama sekali (mungkin hal tersebut juga sebagai sebuah respon).
Terlepas dari adanya ragam kritik terhadap pemikiran Pavlov dan kawan-kawannya, hal tersebut tentu tidak membuat pemikiran mereka menjadi tidak relevan. Praktik atas pemikiran mereka ini tentu masih sangat relevan dalam dunia pendidikan saat ini bahkan dalam komunitas sosial masyarakat.
Mengoperasionalkan pemikiran mereka ini tentu bukan perkara mudah dan perlu usaha penuh sadar sehingga tidak menjadi salah kaprah. Praktik-praktik di level satuan pendidikan tentu saja bisa sangat beragam sesuai dengan karakteristik masing-masing Satuan Pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H