Sama-sama berkuasa selama 3 tahun, sama-sama memegang Ideologi Trisakti Bung Karno, tetapi dari tabel diatas pencapaian Pemerintahan Megawati jauh sekali diatas Jokowi dalam hal menyejahterakan Bangsa Indonesia. Ini berkat teguhnya Megawati memegang prinsip kedua ideologi Trisakti Bung Karno, yaitu Berdikari di bidang Ekonomi.Â
Ini tercermin dari jumlah utang dan indikator kesejahteraan masyarakat yang dicapai Jokowi dan Megawati masing-masing.Â
Untuk jumlah utang, selama 38 bulan Megawati berkuasa, utang Pemerintah Pusat hanya bertambah Rp 12 Triliun sedangkan Jokowi dalam 35 bulan (per September 17) mencapai Rp 1.258 Triliun!!Â
Tapi  dengan utang yang "imut" prestasi Megawati jauh melebihi Jokowi, dilihat dari sisi Indikator Kesejahteraan Rakyat (penurunan persentase penduduk miskin dan pengangguran terbuka).
Trisakti Bung Karno
Apa itu ideologi Tri Sakti Bung Karno?
Ini adalah Ideologi yang berfungsi sebagai penuntun, penggerak, pemersatu perjuangan serta pengarah bagi bangsa, penjabaran TRISAKTI diwujudkan dalam bentuk:Â
Sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat perlu dan mutlak memiliki tiga hal, yakni berdaulat di bidang politik, berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan.
Untuk anda ketahui prinsip Trisakti ada dalam dokumen Nawacita serta RPJMN 2014-2019, artinya resmi menjadi panduan bagi Jokowi dalam pemerintahannya.
Indikator Jalannya Trisakti
Apa indikator dari yang sahih untuk mengukur Trisakti bidang Berdikari bidang Ekonomi?
Penulis mengambil 3 parameter yaitu:
- Profil Utang (Jumlah, rasio terhadap PDB, keseimbangan primer), sumber data dari DJPPR Kementerian Keuangan dan Bappenas.
- Penurunan Persentase Penduduk Miskin, sumber data dari Badan Pusat Statistik (BPS).
- Penurunan Persentase Pengangguran Terbuka, sumber data dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Poin pertama adalah input,mengukur seberapa besar kita "berdiri dengan kaki sendiri" dalam mengelola perekonomian.
Poin kedua dan ketiga melihat output, seberapa besar kemakmuran rakyat yang bisa dicapai akibat pengelolaan perekonomian tersebut.
ini sejalan dengan sila ke lima Pancasila yaitu "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia", artinya kemakmuran menjadi tujuan akhir dalam mengelola perekonomian negara sebagaimana cita-cita para Founding Father.Â
Dalam buku "Profil Utang Pemerintah Pusat" Edisi September 2013 yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan, parameter nomor 2 dan 3 yang penulis sebutkan diatas dijelaskan secara gamblang dalam salah satu slide nya dibawah ini.
Intinya harus ada keterkaitan antara Kebijakan Utang bagi Kemakmuran Rakyat.
Penambahan UtangÂ
Sedangkan Megawati, dikutip dari rilis DJPU Depkeu "Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), 2000 –2008" yang di update terakhir pada 30 November 2008, hanya bertambah Rp 12 Triliun saja (2002-2004).Â
Artinya utang Jokowi 105 kali Megawati, memang nilai uang 10 tahun yang lalu dan sekarang tidak sama, tetapi "apapun minumannya" dengan jumlahnya utang ratusan kali lipat, utang Jokowi sangatlah dahsyat dari segi apapun dibandingkan Megawati (lihat tabel Utang Megawati dibawah ini).
Dilihat dari rasio utang terhadap PDB, dari sumber yang sama, Megawati berhasil menurunkan rasio utang dari 77% menjadi 56%, berkurang tajam sebesar 19% selama 2002-2004. Ini artinya Megawati betul-betul mewujudkan arti "Berdikari" secara sesunguhnya.
Keseimbangan primer adalah = (Total penerimaan negara - Total Pengeluaran) - Total jumlah pembayaran bunga utang.Â
Bila keseimbangan primer defisit, maka artinya jumlah utang yang ditarik lebih besar daripada jumlah bunga utang yang harus dibayar, atau sudah dalam tahap "Gali Lubang Tutup Lubang".
Selama Megawati berkuasa, keseimbangan primer selalu positif (per 2014 adalah Rp 36,9 Triliun lihat tabel 5 dibawah) oleh sebab itulah rasio utang terhadap PDB berkurang dari tahun ke tahun secara tajam.
Sedangkan di zaman Jokowi, keseimbangan primer selalu negatif dan cenderung makin membesar, per September 2017 mencapai minus Rp 144,3 Triliun (lihat Tabel 6 dibawah).Â
Kasarnya, ditarik dari Megawati ke Jokowi, keseimbangan primer merosot 181.2 Triliun, sungguh angka yang sangat menggetarkan bagi penulis..
Prinsip Berdikari di bidang Ekonomi sangat di pegang dan dilaksanakan penuh oleh Megawati, berlawanan dengan Pemerintah Jokowi sekarang.
Bagaimana dengan kinerja indikator kesejahteraan rakyat, apakah utang jumbo Jokowi akan menghasilkan indikator yang jauh lebih baik dari Megawati??
Pertumbuhan Ekonomi
Dilihat dari 3 tahun periode kepresidenan, tercatat rata-rata pertumbuhan ekonomi per tahunnya adalah:
- Megawati 4,31%.
- Jokowi 4,97%.
Terlihat Jokowi lebih tinggi 15% dibandingkan Megawati.
Seterusnya, apakah dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik akan otomatis menghasilkan indikator kesejahteraan yang lebih baik juga??
Penurunan Penduduk Miskin Â
- Megawati 0,58% (data 2002 -2004)
- Jokowi 0,11% (data Sep 2014 - Mar 2017)
Kesimpulannya, dalam penurunan persentase penduduk miskin, Megawati lebih baik 5 kali daripada Jokowi!
Penurunan PengangguranÂ
Kalau dari segi penurunan persentase penduduk miskin Megwati unggul, lagi-lagi di bidang penurunan jumlah pengangguran Megawati berhasil menundukan Jokowi kembali.
Penurunan rata-rata per tahun persentase pengangguran terbuka adalah sbb:
- Megawati 0,59% (data 2002 -2004)
- Jokowi 0,20% (data Agustus 2014 - Feb 2017)
Kesimpulannya, Megawati lebih baik 3 kali daripada Jokowi!
Dengan seabrek data diatas, Penulis hanya berharap agar pola kebijakan Pemerintahan Jokowi bisa berubah, sebab:
- Terbukti bahwa pemerintahan Jokowi kalah jauh efisien dibandingkan Megawati.Â
- Menilik jumlah utang Jokowi VS Megawati ibarat David VS Goliath atau Bumi dan Langit.Â
- Belum tentu modal "selangit" maka hasilnya akan "selangit" juga, jika tidak dikelola dengan tepat.
- Dari data keseimbangan primer, utang Pemerintahan Jokowi sudah dalam tahap "Gali Lobang Tutup Lobang".Â
- Terbukti prestasi Megawati ibarat "Small is Beautiful", utang "imut" tapi hasilnya "jumbo".... Â
Terakhir, Jokowi harus belajar banyak lagi tentang dahsyatnya Trisakti Bung Karno untuk membangun bangsa dari mentor nya Megawati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H