Mohon tunggu...
Ferilita Adelia Kuraini
Ferilita Adelia Kuraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Profesi Mahasiswa, Program Studi Psikologi Islam.

Hallo🙋‍♀️, Perkenalkan saya Ferilita Adelia Kuraini. Kelahiran Jember, tanggal 05 Februari. Saya saat ini sedang menempuh S1 di salah satu kampus Jember. Pengalaman yang sungguh berkesan bagi saya selama kuliah saat ini yaitu magang di salah satu Biro Psikologi dan Yayasan Inklusi yang ada di Jember. Topik konten yang akan saya bahas di blog ini acak, yang mana nantinya dapat bermanfaat dan menambah wawasan untuk teman-teman semua🤗. Aamiin. Sekian perkenalan dari saya, Terimakasih banyak udah mampir🥰 Untuk request bisa langsung DM/Kirim Pesan✨ Ig : ferilita_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Bungsu yang Malang

26 Oktober 2022   15:05 Diperbarui: 26 Oktober 2022   15:20 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi : news.detik.com

Terdengar suara teriakan dan tangisan yang saling beradu, sangat keras hingga menusuk ke gendang telingaku. Rupanya suara itu berasal dari rumah sebelah. Akupun bergegas menuju teras bawah, ternyata sudah banyak orang yang menyaksikan pertengkaran itu. 

Tak lama setelah kejadian itu, di teras lantai 2 terlihat sesosok gadis berambut ikal kecoklatan sedang menatap sayu langit senja, seakan ingin bercerita kepada langit bahwa dirinya saat ini sedang tidak baik-baik saja.

Badan kecil mungil itu sedang membutuhkan pelukan, sorot matanya sayu sembab, menahan rasa kesal hingga terasa sesak di dada.

Tiba-tiba dari arah pintu, seorang pria bertubuh kekar datang menghampirinya sembari berkata, "Sabar putriku, kau tak seharusnya membantah nasehat ibumu, kau tahu sendiri kan kalau ibumu orang yang sangat keras kepala, tak akan ada habisnya jika kau terus beradu mulut dengannya. Perlu kau tau, ibumu seperti ini agar kamu bisa menjadi orang yang baik". Gadis itu terdiam, lalu pergi. Tak terdengar sepatah katapun yang keluar dari mulutnya.

**

Dua hari telah berlalu, tak pernah lagi ku dengar suaranya muncul di telingaku. Gadis itu bernama Clairy.

Dia adalah temanku,  bahkan sudah ku anggap saudaraku sendiri. Namun, beranjak kita dewasa, hubungan kita mulai renggang. Tak lain karena ibunya sangat melarang keras Clairy untuk bersosial layaknya orang dewasa pada umumnya. Ibunya selalu menuntut banyak hal darinya, terkait pendidikan dan pekerjaan.

Clairy adalah seorang gadis yang sangat penurut, dia tak pernah membantah dengan semua yang diperintahkan oleh orangtua dan keluarga kepada dirinya, karena dia ingin menjaga citra martabat keluarganya tetap baik. Namun meskipun begitu, Ibunya yang keras kepala itu tetap saja mengekang Clairy, ia tak membolehkan Clairy pergi kemana-mana tanpa ditemani keluarganya, jangankan pergi ke mall, keluar rumah pun terkadang tak di perbolehkan.

Semua itu dilakukan ibunya semata-mata karna merasa trauma dengan masalalu kakaknya. Ya, Clairy adalah anak ke-2 dari dua bersaudara. Dia mempunyai kakak perempuan bernama Gaby.

Dulu, kak Gaby sangat dimanja oleh keluarganya, karena dia adalah cucu perempuan pertama yang hadir di keluarga Sultan itu. Kakek Morgan selalu memberikan apa yang kak Gaby mau, sampai semua keinginannya selalu dituruti. Hingga pada akhirnya, masalah datang, tetangga pun banyak yang mendengar kabar itu, dan menjadi topik pembicaraan di desanya. Keluarga Sultan itu merasa sangat dipermalukan dengan kelakuan kak Gaby selama ini. 4 tahun lamanya, dia menyembunyikan semuanya, ternyata selama ini dia tidak melanjutkan kuliahnya dan dia malah menggunakan uang kuliahnya untuk berfoya-foya dengan kekasihnya. Ibunya pun merasa terpukul, malu hingga trauma karena dirinya menganggap dia tidak berhasil mendidik anaknya dengan baik.

Sampai detik ini pun, rasa trauma yang dialami ibunya masih sangat terasa. Yang menyebabkan Clairy selalu dikekang.

**

"Dasar anak pembangkang!!! Sudah berapa kali ibu bilang, jangan berteman dengan laki-laki apalagi sampai pacaran. Berani-beraninya kamu sekarang membantah ibu!!!"

 Lagi-lagi terdengar suara teriakan ibu Clairy dari rumahku. Aku tak berani keluar, aku hanya mendengarkan dari balik tembok rumahku. 

Hari itu, Clairy melakukan kesalahan yang menurut ibunya sangat fatal. Clairy ternyata diam-diam mempunyai kekasih, yang membuat ibunya teringat tentang masalalu kakaknya, ibunya pun tersulut amarah dan emosinya tak terkendali, suara pecahan kaca terdengar sangat keras. Hingga mengundang semua orang datang ke rumahnya, dan berusaha untuk menghentikan pertengkaran hebat itu.

Kini, Clairy dipandang buruk oleh tetangganya. Dianggap anak yang tidak penurut, pembangkang, apalagi sampai ketahuan berpacaran. Meskipun mereka tahu, itu tidak mengganggu pendidikannya. Namun tetap saja, keluarga itu merasa berpacaran itu bukan hal yang baik.

**

Aku paham betul, bagaimana rasanya menjadi  Clairy. Apalagi mereka berasal dari keluarga yang sangat terpandang. Pasti Clairy merasa bingung dan tertekan. Kejadian yang dialaminya sekarang, pasti tak akan pernah terlupakan seumur hidup. Dimana hari itu keluarganya merasa dipermalukan dan membangunkan kembali memori masa lalu yang telah dilakukan kakaknya.

Hari itu adalah hari yang buruk bagi Clairy, keluarganya sangat marah besar. Hingga Clairy memutuskan untuk kabur dari rumah.

**

Keesokan harinya , ibu Clairy datang kerumahku. Aku ditanyai banyak hal tentang Clairy. Padahal semenjak ibunya tidak membolehkanku bermain dengan clairy, dan saat itulah dia tidak pernah lagi bercerita padaku. 

Terlihat, raut wajah ibunya penuh dengan penyesalan. Dan aku memberanikan diri untuk sedikit membela Clairy

"Tante, mohon maaf sebelumnya. Bukannya saya mau ikut campur. Saya pikir, kalau tante bisa sedikit mengontrol rasa trauma dengan tidak mengekang Clairy. Mungkin sekarang dia tidak akan seperti ini te. Ya saya pikir Clairy meskipun pacaran, dia tetap melanjutkan pendidikannya, bahkan tidak pernah ada masalah apapun di kampusnya." Ucapku.

"Tante pikir, dengan Tante mengekang Clairy, dia akan paham bahwa Tante sebenarnya tidak mau dia menjadi seperti kakaknya, kamu tahu sendiri kan kakaknya itu sangat bandel, dan semenjak Clairy suka bantah omongan Tante, Tante jadi tambah khawatir sama dia." ujar ibu Clairy.

"iya Tante, saya paham bagaimana perasaan Tante, mungkin Clairy membantah omongan Tante karna Tante ga pernah mau buat dengerin keluh kesahnya Clairy, dan Clairy diminta harus selalu nurut sama omongan Tante, makanya mungkin dia tertekan te." Sahutku

"iya, Tante sekarang menyesal, Tante sudah keterlaluan sama Clairy." ucap ibu Clairy sambil menangis tersedu-sedu

Aku tak menyangka, bahwa Clairy benar-benar kabur dari rumah. Nomor hpnya pun tak bisa ku hubungi, aku khawatir. Kemana perginya anak itu.

**

Hari-hari telah berlalu, hingga 2 tahun lamanya, aku masih belum bisa menemukan informasi terkait Clairy, aku mencoba untuk menghubungi pacarnya, tetapi katanya sejak saat itu, Clairy sudah putus contact dengannya.

**

Keesokan harinya, aku berencana untuk ikut reunian teman-teman SMA. Ternyata, tak disangka. Clairy juga datang di acara reunian itu. Aku sangat terkejut. Aku tak menyangka bahwa dia akan hadir juga di acara ini.

Dari jauh terasa kerinduan yang sangat mendalam, akhirnya bisa ku lupakan di hari itu, bola matanya terlihat berkaca-kaca, aku tak menyangka akan bertemu dengannya.

Lalu, aku bercerita tentang bagaimana keadaan dirumah. Karena aku tak tega melihat ibunya yang sekarang sering sakit-sakitan semenjak ditinggal oleh Clairy. Aku marah padanya, kenapa dia pergi selama itu dan tak memberi kabar apapun. Aku berusaha membujuknya agar dia mau menemui ibunya. 

"kenapa kita kemari? Bukankah rumahku dulu disebelah rumahmu ya?" Ucapnya

"Iya, semenjak kamu meninggalkan rumahmu, ibu dan ayahmu sering sakit-sakitan dan ayahmu lebih dulu meninggal 4 bulan yang lalu. Karena semenjak mereka sakit, tidak ada lagi yang bekerja, akhirnya perusahaannya bangkrut, dan ibu terlilit hutang. Akhirnya ibu memilih untuk membeli rumah kecil ini disini dan tetap ditemani bibi." Jawabku

Dia langsung berlari menuju rumah ibunya, dilihatnya wanita itu terbaring lemas di kasur. Sembari tak kuasa menahan air mata Clairy meminta maaf dan memeluk ibunya.

Sejak saat itu, aku berpikir. 

Memang setiap orangtua pasti mempunyai banyak tuntutan untuk anaknya, agar anaknya bisa menjadi orang yang sukses, bisa menjadi orang yang lebih baik darinya. Namun, terkadang cara penyampaiannya dan proses menuju tuntutan itu yang kurang benar, hingga pada akhirnya membuat sang anak merasa tertekan.

Ada baiknya, orangtua harus selalu berkomunikasi dengan anak, bagaimana maunya anak. Apalagi ketika anak sudah menginjak dewasa, mereka bukan lagi anak kecil yang apa-apa harus dituntut. Mereka sudah pasti bisa memberikan yang terbaik dengan selalu mengikuti bimbingan kalian. 

Disclaimer : cerpen ini diangkat semata-mata bukan untuk menghujat orangtua, tetapi untuk reminder sekaligus pengingat bahwa anak juga mempunyai keinginan yang juga ingin diwujudkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun