Terlihat, raut wajah ibunya penuh dengan penyesalan. Dan aku memberanikan diri untuk sedikit membela Clairy
"Tante, mohon maaf sebelumnya. Bukannya saya mau ikut campur. Saya pikir, kalau tante bisa sedikit mengontrol rasa trauma dengan tidak mengekang Clairy. Mungkin sekarang dia tidak akan seperti ini te. Ya saya pikir Clairy meskipun pacaran, dia tetap melanjutkan pendidikannya, bahkan tidak pernah ada masalah apapun di kampusnya." Ucapku.
"Tante pikir, dengan Tante mengekang Clairy, dia akan paham bahwa Tante sebenarnya tidak mau dia menjadi seperti kakaknya, kamu tahu sendiri kan kakaknya itu sangat bandel, dan semenjak Clairy suka bantah omongan Tante, Tante jadi tambah khawatir sama dia." ujar ibu Clairy.
"iya Tante, saya paham bagaimana perasaan Tante, mungkin Clairy membantah omongan Tante karna Tante ga pernah mau buat dengerin keluh kesahnya Clairy, dan Clairy diminta harus selalu nurut sama omongan Tante, makanya mungkin dia tertekan te." Sahutku
"iya, Tante sekarang menyesal, Tante sudah keterlaluan sama Clairy." ucap ibu Clairy sambil menangis tersedu-sedu
Aku tak menyangka, bahwa Clairy benar-benar kabur dari rumah. Nomor hpnya pun tak bisa ku hubungi, aku khawatir. Kemana perginya anak itu.
**
Hari-hari telah berlalu, hingga 2 tahun lamanya, aku masih belum bisa menemukan informasi terkait Clairy, aku mencoba untuk menghubungi pacarnya, tetapi katanya sejak saat itu, Clairy sudah putus contact dengannya.
**
Keesokan harinya, aku berencana untuk ikut reunian teman-teman SMA. Ternyata, tak disangka. Clairy juga datang di acara reunian itu. Aku sangat terkejut. Aku tak menyangka bahwa dia akan hadir juga di acara ini.
Dari jauh terasa kerinduan yang sangat mendalam, akhirnya bisa ku lupakan di hari itu, bola matanya terlihat berkaca-kaca, aku tak menyangka akan bertemu dengannya.