“Kalau tidak ada Belanda mana mungkin Indonesia ada. Indonesia sebelumnya tidak ada karena dulu nusantara merupakan kumpulan kerajaan-kerajaan. Raja yang bertakhta mesti disembah layaknya Tuhan. Kebebasan berpolitik sama sekali tidak ada.”
Pak RT tertegun. Wajahnya ngungun. Pikirannya seperti melayang jauh. Ke masa lalu yang tidak pernah dia tempuh.
“Gusti Alloh telah mentakdirkan Indonesia berdiri dan merdeka. Dengan adanya penjajahan Belanda, bangsa kita bangkit dan bergerak bersama-sama. Menghimpun kekuatan dengan cita-cita yang sama. Menjadi bangsa yang benar-benar merdeka.”
“Waduh! Waduh! Wangsit Pak Ketua Partai benar-benar telah menyadarkan saya. Kaki saya terasa lumpuh. Lemas mendengar cerita tentang perjalanan bangsa kita.”
“Nah, Pak RT sekarang sudah terang benderang. Jangan lupa berjuang agar calon presiden kita menang!” Aku permisi setelah sedikit basa-basi. Pak RT tersenyum berseri-seri setelah berjanji akan meminta maaf pada Asep Masduki.
Aku kembali berjalan kaki. Meninggalkan rumah Pak RT menuju kediaman Asep Masduki. Aku tersenyum lega. Burung-burung di pinggir jalan berkicau ceria.
Di pintu gerbang halaman rumah, Asep Masduki berdiri memegang pancing. Topi hitam kulit gaya koboynya sedikit miring. Beruntung, aku sempat bertemu. Kalau tidak, aku harus menunggu malam untuk kembali bertamu.
“Wah kebetulan sekali Pak Asep belum melempar kail! Saya ingin ngobrol dulu sebentar saja.” Asep Masduki tersenyum lebar seperti biasa. Dia memperhatikan kopiah saya yang sudah dekil.
“Tumben pagi-pagi Pak Ketua Partai sudah bertamu! Biasanya pergerakan dan rapat-rapat kan malam hari.” Aku tersipu-sipu sedikit malu. Aku memang sering ikut numpang di rumah Asep Masduki untuk menggelar rapat rahasia dari malam hingga menjelang pagi.
“Semalam saya mendapat wangsit. Saya rasa Pak Asep perlu juga mengetahui wangsit yang saya terima.” Aku kembali berdusta soal wangsit. Seperti juga telah aku dustakan kepada Pak RT yang telah berhasil terpedaya.
“Oh... gitu ya! Emang gimana wangsitnya.” Asep Masduki mulai percaya. Aku siap-siap membodohinya.