“Pak RT jangan bicara sembarangan. Jangan mentang-mentang kakek buyut Pak RT ningrat. Gelar ningrat itu diberikan orang-orang Belanda yang Pak RT umpat-umpat. Sebenarnya kakek buyut Pak RT itu garong yang diberi kekuasaan.” Asep Masduki menunjuk-nunjuk wajah Pak RT yang memerah. Pagi yang dingin malah terasa semakin gerah.
“Coba Bapak-bapak bayangkan! Negara kita dijajah bangsa Belanda sangat-sangat lama. Si Asep Masduki sudah tidak bisa lagi menyangkal kakek buyutnya adalah garong negara kita. Makanya dia fitnah kakek buyut saya sebagai penyamun yang diberi kekuasaan.” Suara Pak RT semakin keras. Asep Masduki bertambah beringas.
“Pak RT jangan menyangkal! Kalau turunan pencuri akui saja sebagai anak cucu pencuri! Orang-orang yang hadir di sini pun tahu dan tidak akan menyangkal. Pak RT mewarisi darah kakek buyut Pak RT yang gemar mencuri.” Asep Masduki terus menyerang. Orang-orang ronda tak bisa melarang.
“Ha ha ha.... Mencuri apa? Kamu jangan sembarangan menuduh! Iman saya sebagai RT masih teguh.”
“Pak RT mencuri beras jatah rakyat miskin. Mencuri urunan warga! Untung saja warga merasa iba. Makanya kelakuan Pak RT dibiarin.”
“Itu bukan pencurian! Itu hal yang wajar di negeri ini! Coba saja bapak-bapak tanya RT lain yang ada di desa ini! Semua pasti melakukan hal demikian.”
Orang-orang ronda melongo. Debat dan ketegangan antara Pak RT dan Asep Masduki begitu menarik perhatian mereka. Mereka ingat debat-debat di televisi yang menampilkan politisi dan pengacara kurang peduli etika. Orang-orang ronda kembali menyulut rokok.
"Sudah-sudah! Pak RT dan Pak Asep jangan ribut terus.” Ujang Suja tampak serius. Melerai Pak RT dan Asep Masduki yang sama-sama tidak mau kalah.
“Ingat bapak-bapak! Tidak lama lagi kita akan masuk bulan puasa. Seharusnya kita saling memaafkan dosa perdosa. Jangan saling mencela.” Anggota Linmas menengahi. Pak RT dan Asep Masduki saling membelakangi.
Orang-orang ronda bubar. Aku yang hanya diam mendengar perseteruan Pak RT dan Asep Masduki malah gusar. Aku harus mencari cara agar kedua orang itu tidak kembali berseteru. Demi kesuksesan calon presiden dalam Pemilu.
Aku adalah ketua partai pengusung calon presiden. Pak RT dan Asep Masduki sama-sama aku andalkan. Mereka sangat telaten. Mengkampanyekan calon presiden dengan segenap perasaan.