Mohon tunggu...
Ferdiyanto Hari Pratama
Ferdiyanto Hari Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Mahasiswa Psikologi Universitas 17 Agustus 1945

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Jurnal Internasional Mengenai Kasus Bunuh Diri oleh Mahasiswa Psikologi Untag Surabaya

18 Desember 2023   08:48 Diperbarui: 18 Desember 2023   08:55 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

I. JURNAL 1

Judul: The Effect of Family Communication Factors toward Adolescent Psychosocial

Penulis; Syazwani Amalin

Upload: Vo.12, No.13, 241-251, 10 Agustus 2022

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian dalam artikel tersebut adalah untuk mengkaji pengaruh faktor komunikasi keluarga terhadap kesejahteraan psikososial remaja, serta untuk mengetahui hubungan antara orientasi komunikasi keluarga (seperti orientasi percakapan, konformitas, dan keteladanan) dengan psikososial remaja. Penelitian juga bertujuan untuk menemukan peran orang tua dalam memainkan peran kreatif dalam komunikasi dengan anak-anak untuk meningkatkan kesejahteraan psikososial remaja.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam artikel tersebut adalah remaja berusia 13 hingga 16 tahun.

Metode Penelitian

Metode penelitian dalam artikel tersebut menggunakan metode kuantitatif dengan meneliti populasi melalui data hasil pengukuran dari sampel yang ditentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja berusia 13 hingga 16 tahun, dengan jumlah sampel sebanyak 101 responden. Kuesioner survei digunakan sebagai instrumen untuk mengumpulkan data yang diadaptasi dan dimodifikasi dari penelitian sebelumnya.

Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang disajikan dalam artikel tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor komunikasi keluarga, terutama orientasi percakapan, konformitas, dan keteladanan, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan psikososial remaja. Orientasi percakapan memiliki hubungan positif dengan identitas sosial dan identitas pribadi remaja, sementara orientasi konformitas dapat mempengaruhi harga diri remaja dan penggunaan teknologi. Selain itu, temuan menunjukkan bahwa orang tua perlu memainkan peran kreatif dalam komunikasi dengan anak-anak untuk meningkatkan kesejahteraan psikososial remaja. Penelitian ini dapat membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan untuk mencapai kesejahteraan psikologis masyarakat di masa depan.

Kekuatan Penelitian

Metode Kuantitatif yang Valid: Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua dimensi komunikasi keluarga dan psikososial remaja memiliki nilai Cronbach's Alpha di atas 0,6, menunjukkan validitas pengukuran yang baik.

Ukuran Sampel yang Representatif:  Penelitian melibatkan 101 responden remaja, dengan persentase responden laki-laki dan perempuan yang seimbang, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih representatif terhadap populasi remaja.

Temuan Signifikan: Penelitian menemukan bahwa orientasi percakapan memiliki pengaruh signifikan terhadap psikososial remaja, memberikan kontribusi penting terhadap pemahaman tentang faktor-faktor yang memengaruhi kesejahteraan psikososial remaja.

Implikasi Kebijakan: Temuan penelitian dapat membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan untuk mencapai kesejahteraan psikologis masyarakat di masa depan, menunjukkan relevansi dan dampak sosial dari penelitian ini.

  • Relevansi dengan Isu Kontemporer: Penelitian ini relevan dengan isu kontemporer, terutama dalam konteks pandemi COVID-19, di mana masalah psikososial pada remaja menjadi semakin penting. Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana komunikasi keluarga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikososial remaja dalam situasi yang menantang.

Kelemahan Penelitian

  • Ukuran Sampel yang Terbatas: Meskipun penelitian ini melibatkan 101 responden, ukuran sampel ini masih tergolong kecil dan mungkin tidak mewakili keragaman remaja secara menyeluruh. Hal ini dapat membatasi generalisasi temuan penelitian ini terhadap populasi remaja secara luas.
  • Keterbatasan Umur Responden: Penelitian ini hanya melibatkan remaja berusia 13 hingga 16 tahun. Hal ini dapat membatasi generalisasi temuan penelitian terhadap remaja dengan rentang usia yang lebih luas.
  • Keterbatasan Instrumen Pengukura: Meskipun kuesioner survei digunakan sebagai instrumen pengumpulan data, penelitian ini tidak memberikan informasi rinci mengenai validitas dan reliabilitas kuesioner yang digunakan. Informasi ini penting untuk menilai sejauh mana instrumen tersebut dapat diandalkan dan valid dalam mengukur variabel yang diteliti.
  • Keterbatasan Lokasi Penelitian: Penelitian ini mungkin hanya dilakukan di lokasi atau lingkungan tertentu, sehingga temuan penelitian mungkin tidak dapat diterapkan secara universal. Penelitian lebih lanjut dengan sampel yang mencakup berbagai lokasi geografis dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif.
  • Keterbatasan Variabel: Penelitian ini hanya mempertimbangkan faktor komunikasi keluarga dalam hubungannya dengan kesejahteraan psikososial remaja. Ada kemungkinan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang juga berperan penting dalam kesejahteraan psikososial remaja yang tidak dipertimbangkan dalam penelitian ini.

Kesimpulan

Berdasarkan informasi yang diberikan, kesimpulan penelitian ini adalah bahwa faktor komunikasi keluarga, terutama orientasi percakapan, konformitas, dan keteladanan, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan psikososial remaja. Meskipun ada hubungan negatif yang lemah antara faktor komunikasi keluarga dan psikososial remaja, orientasi percakapan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap psikososial remaja. Selain itu, temuan ini menekankan pentingnya peran orang tua dalam berkomunikasi dengan anak-anak untuk meningkatkan kesejahteraan psikososial remaja. Implikasi dari penelitian ini dapat membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan untuk mencapai kesejahteraan psikologis masyarakat di masa depan.

Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi penting terhadap pemahaman tentang faktor-faktor yang memengaruhi kesejahteraan psikososial remaja dan memberikan implikasi yang relevan dalam konteks sosial dan kebijakan.

II. JURNAL 2

Judul: Positive Relationships with Adult and Resilience to Suicide Attempt among New Mexico Hispanic Adolescents 

Penulis: Meryn Hall

Upload: Vo.18, No.10430, 4 Oktober 2021

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari artikel tersebut adalah untuk menguji prevalensi percobaan bunuh diri pada tahun lalu di kalangan remaja Hispanik dalam konteks hubungan dengan orang dewasa di rumah dan di masyarakat. Penelitian ini juga bertujuan untuk menyoroti pentingnya hubungan positif dengan orang dewasa di rumah dan masyarakat dalam mencegah upaya bunuh diri pada remaja Hispanik serta untuk mengidentifikasi faktor-faktor budaya, keluarga, dan sosial yang mempengaruhi perilaku bunuh diri di kalangan remaja Hispanik. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi intervensi kesehatan mental dan peran komunitas dalam mencegah bunuh diri di kalangan remaja Hispanik, serta pentingnya partisipasi keluarga Latin dalam layanan kesehatan mental remaja.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian artikel tersebut adalah prevalensi percobaan bunuh diri pada tahun lalu di kalangan remaja Hispanik dan hubungannya dengan orang dewasa di rumah dan di masyarakat.

Metode Penelitian

Metode penelitian artikel ini melibatkan analisis data dari NM-YRRS 2019, yang melibatkan siswa yang mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Hispanik dan menjawab pertanyaan tentang percobaan bunuh diri dalam satu tahun terakhir. Data dari 10.041 partisipan digunakan untuk menguji hubungan antara hubungan positif dengan orang dewasa di luar lingkungan sekolah dan kemungkinan percobaan bunuh diri, serta hubungan antara keterlibatan dalam komunitas dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler dan hobi dengan kemungkinan percobaan bunuh diri.

Selain itu, penelitian ini juga mencakup analisis ordinal untuk menguji hubungan antara hubungan dengan orang tua dan teman dengan kemungkinan percobaan bunuh diri, dengan hipotesis bahwa rasio probabilitas yang terkait dengan hubungan dengan orang tua dan teman akan lebih tinggi di antara remaja perempuan daripada laki-laki Hispanik.

Semua analisis data dilakukan menggunakan perintah survei yang tersedia. Penelitian ini didanai oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian dari artikel tersebut menunjukkan bahwa hubungan positif dengan orang dewasa di rumah dan di masyarakat dapat mengurangi kemungkinan percobaan bunuh diri remaja Hispanik. Faktor-faktor lain yang juga berperan dalam mengurangi risiko bunuh diri termasuk hubungan dengan teman sebaya, partisipasi dalam hobi atau organisasi di luar sekolah, dan faktor ketahanan serupa untuk siswa laki-laki dan perempuan Hispanik. Selain itu, orang tua atau orang dewasa lain di rumah yang percaya pada keberhasilan remaja serta yang mengetahui keberadaan mereka saat tidak berada di rumah juga dapat melindungi mereka dari percobaan bunuh diri. Program berbasis keluarga dan intervensi komunitas juga dianggap penting dalam pencegahan bunuh diri remaja Hispanik. Studi ini juga menyoroti pentingnya intervensi kesehatan mental dan peran komunitas dalam mencegah bunuh diri di kalangan remaja Hispanik, serta pentingnya partisipasi keluarga Latin dalam layanan kesehatan mental remaja.

Kekuatan Penelitian

Penggunaan data yang representatif: Penelitian ini menggunakan data dari NM-YRRS 2019 yang melibatkan 10.041 siswa Hispanik, sehingga hasil penelitian dapat dianggap mewakili populasi remaja Hispanik di New Mexico.

Metode analisis yang kuat: Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik multivariabel untuk mengontrol kemungkinan perancu dan memodelkan faktor risiko spesifik jenis kelamin untuk percobaan bunuh diri pada tahun lalu. Hal ini menunjukkan pendekatan analisis yang cermat dan komprehensif.

Implikasi praktis yang signifikan: Hasil penelitian menyoroti pentingnya hubungan positif dengan orang dewasa di rumah dan di masyarakat dalam mencegah upaya bunuh diri pada remaja Hispanik. Implikasi ini dapat membantu dalam pengembangan program-program pencegahan bunuh diri yang lebih efektif.

Pendanaan dan kepatuhan etika: Penelitian ini didanai oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat dan dilakukan sesuai dengan pedoman Deklarasi Helsinki, menunjukkan kepatuhan etika dan dukungan dari lembaga yang terkemuka dalam bidang kesehatan.

Pendekatan holistik: Penelitian ini tidak hanya memperhatikan faktor-faktor individu, tetapi juga faktor-faktor keluarga, budaya, dan komunitas yang mempengaruhi perilaku bunuh diri remaja Hispanik. Hal ini menunjukkan pendekatan holistik dalam memahami dan mencegah perilaku bunuh diri.

Dengan demikian, artikel ini memiliki kekuatan dalam hal representasi data, metode analisis, implikasi praktis, kepatuhan etika, dan pendekatan holistik dalam memahami masalah bunuh diri remaja Hispanik.

Kelemahan Penelitian

  • Variabel perancu yang potensial: Studi ini mengakui bahwa hubungan antara bunuh diri dan hubungan positif dengan orang dewasa yang dapat melindungi terhadap upaya bunuh diri dapat dikacaukan oleh variabel yang tidak terukur. Selain itu, beberapa variabel dikorelasikan, dan model akhirnya adalah estimasi. Menjalankan model yang sedikit berbeda dapat menghasilkan serangkaian variabel berbeda terkait penurunan kemungkinan upaya bunuh diri
  • Data cross-sectional: Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari survei nasional satu hari terhadap siswa sekolah menengah di New Mexico. Data yang dilaporkan sendiri terbatas pada siswa sukarelawan yang bersekolah di sekolah yang berpartisipasi, yang mengindikasikan bahwa mereka adalah orang Hispanik, dan yang menjawab pertanyaan tentang upaya bunuh diri dan gender pada tahun lalu. Sifat data yang bersifat cross-sectional ini membatasi kemampuan untuk menetapkan kausalitas atau menentukan hubungan temporal
  • Kurangnya informasi rinci: Survei ini tidak memberikan informasi rinci tentang tipe orang dewasa tertentu di masyarakat atau di rumah yang mungkin memiliki hubungan dengan siswa. Kurangnya kekhususan ini membatasi kemampuan untuk menarik kesimpulan lebih lanjut tentang bagaimana hubungan ini dapat membantu mencegah upaya bunuh diri

Kelemahan-kelemahan ini menunjukkan bahwa meskipun penelitian ini memberikan wawasan yang berharga, terdapat keterbatasan dalam hal potensi variabel perancu, sifat data yang bersifat cross-sectional, dan kurangnya informasi rinci tentang hubungan yang diteliti.

Kesimpulan

Berdasarkan kutipan yang diberikan, kesimpulan penelitian artikel tersebut adalah bahwa hubungan positif dengan orang dewasa di rumah dan di masyarakat dapat mengurangi kemungkinan percobaan bunuh diri remaja Hispanik. Faktor-faktor lain yang juga berperan dalam mengurangi risiko bunuh diri termasuk hubungan dengan teman sebaya, partisipasi dalam hobi atau organisasi di luar sekolah, dan faktor ketahanan serupa untuk siswa laki-laki dan perempuan Hispanik. Selain itu, orang tua atau orang dewasa lain di rumah yang percaya pada keberhasilan remaja serta yang mengetahui keberadaan mereka saat tidak berada di rumah juga dapat melindungi mereka dari percobaan bunuh diri. Program berbasis keluarga dan intervensi komunitas juga dianggap penting dalam pencegahan bunuh diri remaja Hispanik. Studi ini juga menyoroti pentingnya intervensi kesehatan mental dan peran komunitas dalam mencegah bunuh diri di kalangan remaja Hispanik, serta pentingnya partisipasi keluarga Latin dalam layanan kesehatan mental remaja.

III. JURNAL 3

Judul: Exploratory Case Study of Suicide among a Sample of 9/11 Survivors

Penulis: Kacie Seil

Upload: Vo.19, No. 57, 22 Desember 2021

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi hubungan antara paparan 9/11 dan bunuh diri di antara pekerja penyelamat/pemulihan, serta untuk menyoroti pentingnya pemeriksaan dan pengobatan kesehatan mental bagi populasi yang terpapar 9/11. Penelitian ini juga menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami dampak 9/11 dan peluang untuk melakukan intervensi.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam artikel ini adalah hubungan antara paparan 9/11 dan bunuh diri di antara pekerja penyelamat/pemulihan, serta pentingnya pemeriksaan dan pengobatan kesehatan mental bagi populasi yang terpapar 9/11.

Metode Penelitian

Metode penelitian dalam artikel ini melibatkan studi kasus eksplorasi yang bertujuan untuk mempelajari lebih lanjut tentang potensi kejadian bunuh diri terkait 9/11 pada sampel peserta WTCHR selama periode 14 hingga 15 tahun. Penelitian ini menggunakan keterkaitan berbagai sumber data termasuk NYC Office of Chief Medical Examiner (OCME) file, catatan penting, dan data survei WTCHR. WTCHR adalah studi kohort longitudinal yang melibatkan banyak orang 71.000 orang yang terkena bencana 9/11 pada tahun 2003--2004 di NYC untuk lebih memahami dampak kesehatan jangka pendek dan jangka panjang. Data dari sumber-sumber ini dan data catatan penting digunakan untuk menghitung statistik deskriptif (median, frekuensi) untuk karakteristik demografi orang yang meninggal, paparan terkait 9/11, hasil kesehatan, dan kejadian bunuh diri.

 Studi kasus eksplorasi ini bertujuan untuk mempelajari lebih lanjut tentang potensi kejadian bunuh diri terkait 9/11 pada sampel peserta WTCHR selama periode 14 hingga 15 tahun dengan menggunakan keterkaitan berbagai sumber data termasuk NYC Office of Chief Medical Examiner (OCME) file, catatan penting, dan data survei WTCHR.  2. Metode  WTCHR adalah studi kohort longitudinal yang didirikan pada tahun 2002 dan melibatkan banyak orang 71.000 orang yang terkena bencana 9/11 pada tahun 2003--2004 di NYC untuk lebih memahami dampak kesehatan jangka pendek dan jangka panjang. Dengan menggunakan data catatan vital terkait NYC terbaru yang tersedia, kami mengidentifikasi 35 kasus bunuh diri pendaftar WTCHR (kode penyebab kematian yang mendasari ICD-10: X60-X84, Y87.0, U03) dari 2545 kematian pendaftar.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja penyelamat/pemulihan (RRW) yang bekerja di lokasi World Trade Center (WTC) selama lebih dari 90 hari memiliki risiko lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri dibandingkan dengan RRW lainnya. Mekanisme utama bunuh diri yang teridentifikasi meliputi gantung diri/mati lemas, senjata api, dan lompat dari ketinggian. Depresi umumnya disebutkan dalam kasus bunuh diri, namun tidak ada yang menyebutkan gangguan stres pascatrauma. Studi ini menyoroti pentingnya pemeriksaan dan pengobatan kesehatan mental bagi populasi yang terpapar 9/11. Selain itu, penelitian ini juga menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami dampak 9/11 dan peluang untuk melakukan intervensi.

Kekuatan Penelitian

Kekuatan penelitian dalam artikel ini termasuk penggunaan sampel yang besar dari World Trade Center Health Registry (WTCHR) yang melibatkan banyak orang yang terkena bencana 9/11. Selain itu, penelitian ini menggunakan data dari berbagai sumber yang dapat memberikan informasi yang komprehensif. Metode penelitian yang digunakan, yaitu studi kasus eksplorasi, memungkinkan peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang hubungan antara paparan 9/11 dan bunuh diri di antara pekerja penyelamat/pemulihan. Selain itu, penelitian ini juga memberikan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut, menunjukkan kesadaran akan pentingnya intervensi dan pemeriksaan kesehatan mental bagi populasi yang terpapar 9/11.

Kelemahan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, ketergantungan penelitian ini pada data dari World Trade Center Health Registry (WTCHR) dan Office of Chief Medical Examiner (OCME) NYC mungkin telah menimbulkan bias, karena data dikumpulkan dari anggota keluarga setelah 9/11, berpotensi mempengaruhi keakuratan laporan paparan dan kondisi kesehatan terkait 9/11, terutama yang lebih parah. Selain itu, pola demografi secara keseluruhan serupa antara mereka yang melakukan bunuh diri dan penduduk NYC yang meninggal karena bunuh diri, yang mungkin menunjukkan bahwa temuan ini tidak hanya terjadi pada populasi yang terpapar 9/11.

Penelitian ini tidak menemukan perbedaan yang signifikan secara statistik mengenai lama kerja di lokasi WTC di antara RRW yang meninggal karena bunuh diri.

Keterbatasan ini menunjukkan bahwa temuan ini mungkin tidak sepenuhnya spesifik pada populasi yang terpapar 11 September dan mungkin tidak sepenuhnya mencakup dampak 11 September terhadap angka bunuh diri.

Lebih jauh lagi, penelitian ini mengakui perlunya penelitian kualitatif di masa depan terhadap semua kasus bunuh diri di NYC, bukan hanya partisipan WTCHR, untuk menguji apakah 9/11 juga terjadi pada kasus bunuh diri lainnya. Studi ini juga menunjukkan bahwa pengalaman selama pandemi COVID-19 mungkin relevan dengan risiko bunuh diri saat ini dan di masa depan.

Kesimpulan

Kesimpulan dari artikel tersebut adalah bahwa terdapat hubungan antara paparan 9/11 dan risiko bunuh diri di antara pekerja penyelamat/pemulihan, terutama bagi mereka yang bekerja di lokasi World Trade Center (WTC) selama periode yang lebih lama. Mekanisme utama bunuh diri meliputi gantung diri/mati lemas, senjata api, dan lompat dari ketinggian, dengan depresi umumnya disebutkan dalam kasus bunuh diri. Penelitian ini menyoroti pentingnya pemeriksaan dan pengobatan kesehatan mental bagi populasi yang terpapar 9/11. Selain itu, penelitian ini juga menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami dampak 9/11 dan peluang untuk melakukan intervensi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun