Mohon tunggu...
Ferdinandus feriurpon
Ferdinandus feriurpon Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menjadi pribadi yang berguna

mencari pengetahuan layaknya mencari air di padang gurun.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Abuse Of Gender: Apakah Gender Socialization dan Feminisme bisa Menyelesaikan Persoalan ini?

1 Juli 2023   23:29 Diperbarui: 1 Juli 2023   23:35 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbicara mengenai gender sendiri tidak perna luput dari pantauan pandangan feminisme, sebab pada dasarnya yang paling banyak mengalami penindasan adalah kaum wanita yang mana juga pandangan dalam struktur sosial yang terbentuk adalah bahwa feminin adalah gerder yang lemah dan mudah untuk dikendalikan. (Karim, abdul, 2014: 62) menjelaskan bahwa gender mengacu pada perilaku dan harapan yang dipelajari secara sosial yang membedakan antara maskulinitas dan feminitas. Harapa-harapan yang dimaksud adalah karakter dan tingkah laku pria dan wanita sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat setempat serta peran, tanggung jawab dan beban moril yang ada pada pria dan wanita harus sesuai dengan kebudayaan yang berlaku di lingkungan tersebut.

Namun dalam satu sisi sistem yang berlaku nyatanya lebih berat sebelah atau tidak adil terhadap kaum perempuan.

Sistem kekuasaan patriarki lebih diistimewakan daripada perempuan dan kualitas maskulinitas (rasionalitas, ambisi, dan kekuasaan) diberikan nilai lebih daripada kualitas feminitas (emosionalitas, kapasitas, dan kelemahan), (Karim, abdul, 2014: 62).

Kebudayaan seperti inilah yang ditentang oleh aktivis feminisme sebab berdasarkan penciptaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai derajad yang sama dan merupakan sama-sama mempunyai akal budi dan hati nurani. Sehingga superioritas di antara kedua gender harus dihapuskan.

Pemahaman Mengenai Abuse Of Gender

Mungkin bagi sebagian orang frase 'abuse of gender' adalah frase yang asing ditelinga, sebab jarang sekali pembahasan mengenai kasus seperti ini. Dalam bahasa indonesia kata abuse adalah 'penyalahgunaan' sedangkan gender secara etimologi berasal dari bahasa latin, yaitu 'genus' yakni 'jenis atau tipe'. Sedangkan dalam bahasa inggris yaitu 'gender', lalu diterjemahkan dalam bahasa indonesia sebagai 'jenis kelamin'. Namun, kesimpulan mengenai frase 'abuse of gener' ini jangan kita salah kaprah atau terjemahkan langsung sebagai 'penyalahgunaa jenis kelamin' karena jika terjadi demikian, maka pemahaman mengenai abuse of gender yang akan dikaitkan dengan teori gender socialization dan feminisme akan menjadi rancu atau mengalami kehilangan logic.

Abuse of gender yang dimaksud di sini adalah bahwa kehilangan jati diri anak-anak akibat lingkungan yang tidak sesuai dan tidak mendukung perkembangan anak-anak (laki-laki dan wanita) sesui dengan peran dan tanggung jawab yang harus dijalankan sesuai jenis kelamin masing-masing, serta dis-orientasi sexual yang menyimpang akibat pola didik terhadap anak yang salah atau faktor lingkungan yang buruk.

Seorang anak tidak akan tahu tentang praktik perilaku LGBT jika tidak dicontohkan atau dikenalkan oleh orang lain, maka awal perilaku penyimpangan tersebut dapat melalui faktor lingkungan pergaulannya, juga dapat terjadi akibat faktor genetik atau keturunan, dan terjadi karena keinginan individu itu sendiri untuk mencoba sesuatu yang baru yang belum pernah mereka rasakan (Hasan. Dkk, 2022).

Pergaulan yang salah pada anak-anak usia dini dengan lingkungan yang marak LGBT dapat menyebabkan dis-orientasi sexual, sehingga anak terjerumus dalam pergaulan yang menghilangkan jati dirinya. Hal ini berpotensi terjadi karena anak usia dini dan remaja sangat polos dan rentan untuk ditanamkan pola perilaku yang salah. Selain itu di mana mayoritas melakukan suatu tindakan, maka anak-anak atau temaja akan  mudah terpengaruh. lingkungan, keluarga ataupun kerabat yang berpotensi menjerumuskan anak pada pola perkembangan yang salah harus dijauhkan atau setidaknya memberikan batasan ruang interaksi yang demi keamanan anak. Oleh karena itulah peran orang tua dalam melindungi anak dan menjaga serta memberikan pendidikan yang baik sangat dibutuhkan sehingga anak-anak bertumbuh dalam pola asuh yang sehat.

Peran Feminisme, Gender Socialization, dan Solusi Terhadap Persoalan Abuse Of Gender

Sebenarnya berdasarkan pemahaman mengenai masing-masing konsep sudah dapat diketahui apa saja yang perlu dilakukan untuk menangani kasus abise of gender. Pada dasarnya kita dilahirkan dengan hanya memiliki satu jenis kelamin. Namun persoalan mengenai transgender dan LGBT dianggap sebuah tindakan asusila karena tidak sesuai dengan norma hukum yang berlaku di setiap daerah. Sebenarnya tindakan melakukan  transgender (operasi kelamin) merupakan sebuah keputusan berat bagi orang yang melakukan, tetapi harus dilakukan dengan alasan tertentu seperti karena dihantui oleh masa lalu yang kelam, baik itu pelecehan terhadap korban dan kurangnya perhatian khusus yang diterimah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun