Sehingga pendidikan yang melatih regulasi pikir dan kendali emosi sangat minim. Pendidikan di negara kita tidak berorientasi pada manusia, melainkan terlalu fokus pada pencapaian nilai akademik serta kepatuhan pada standarisasi dokumen. Harapannya pendidikan karakter menjadi tolak ukur kesuksesan sekolah, bukan nilai UN atau akademik.Â
Paradigma baru tersebut akan mendorong perubahan ekosistem sekolah yang positif dan membangun empati serta pembelajaran yang menguatkan kemampuan murid memiliki kendali diri dan kendali emosi. Sehingga mampu membangun pribadi siswa yang mandiri dan tahan banting.
Selain itu kita tidak boleh hanya menyerahkan masalah ini kepada tangan pemerintah, kita sebagai masyarakat yang menjadi lingkungan terdekat bagi anak-anak sudah semestinya memberikan pendidikan yang terbaik terutama pendidikan yang membentuk karakter seperti budi pekerti dan moral sesudah pendidikan agama pastinya.Â
Kontrol kita sebagai orang tua menjadi peran kunci dalam kesuksesan pembentukkan karakter anak-anak kita, arus globalisasi dan kemajuan teknologi tidak dapat kita hindari dan merupakan keniscayaan. Gerakan yang membangun kesadaran terhadap pent
ingnya pelajaran moral dan budi pekerti menjadi tugas bersama. Berbicara memang mudah dan melakukan tidak semudah berbicara dan membalik telapak tangan. Â Tapi setidaknya ini menjadi pengingat bagi kita semua sebagai proses untuk perbaikanÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI