Mohon tunggu...
Fera Andriani Djakfar
Fera Andriani Djakfar Mohon Tunggu... Dosen - Ibu rumah tangga, Dosen, Guru madrasah, Penulis Buku: Dari Luapan Sungai Nil, Surat Dari Alexandria, Kejutan Buat Malaikat, Arus Atap dan Cinta, Serial Addun dan Addin, Islam Lokal: Fenomena Ngabula di PEsantren Madura

Banyak-banyaklah membaca buku, hingga kenyang, sampai kebelet menulis tak tertahankan!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Auman Si Garong dan Kicau Netizen

26 Juni 2021   21:54 Diperbarui: 3 Juli 2021   20:19 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ada, dong. Ini aku punya koleksi videonya. Ini kuberi nama Riomi, ini Polka, dan ini Bleki. Tiga kucing liar ini dulu berkeliaran di sekitar sini. Namun, sejak si Garong datang, semua mundur alon-alon."

"Lah, tadi dibilang minggat," protes Anjas. "Itu yang kasih nama semuanya siapa?" tanyanya.

"Ya Mojes, laaah... kan aku bikin akun khusus kucing. Herannya, followerku di akun itu dalam waktu singkat sudah ribuan, ngalahin akun Mojes official."

"Popularitasmu kalah sama kucing, tuh," komentar Cuplus yang disusul tawa semuanya.

"Nah, kembali ke auman si Garong, ini aku sedang buat cerita bersambung tentangnya. Asli banyak yang penasaran. Ada yang bilang itu kucing siluman lah, jelmaan makhluk halus gitulah. Apalagi kalau setting videonya malam hari. Makin seru, Gaes!"

"Iyakah? Dulu di kampung nenekku sempat beredar kabar tentang kucing siluman." Cuplus membuka cerita. "Untuk membedakan mana kucing asli dan mana yang siluman, maka tiap lihat kucing, penduduk setempat azan di telinga kucing itu. Konon yang siluman akan meronta-ronta dan kembali ke wujud aslinya."

"Hmm... menarik ini!" Mata Mojes berbinar-binar, pertanda sebuah ide sedang menyelinap di otaknya. "Gaes, yuk kita tangkap si Garong, terus kita azani di telinganya."

"Emangnya jabang bayi diazanin?" Protes Anjas.

"Ayolah, Gaes...! Plus, kamu duluan dong yang azan. Yuk, aku rekam aksimu!"

Cuplus menolak dengan alasan dia kurang fasih. Bisa-bisa malah si Garong mengomentari suara dan artikulasinya. Pinter banget dia cari alasan. Sementara itu Anjas tidak punya alasan lain, apalagi dia pernah menjadi juara azan dalam lomba Agustusan di perumahan itu. Untunglah tiba-tiba gawainya bergetar, ada panggilan dari ibunya. Itu adalah panggilan yang tidak boleh dia tolak dalam kondisi apapun.

"Apa, Ma? Kuliah? Oiyaaa... lupa Ma, maaf. Iya, iya aku pulang sekarang juga." Anjas menutup pembicaraan dengan ibunya. "Sorry Jes, aku lupa kalau sekarang ada kuliah online via Zoom. Pasti dosenku nelpon Mama. Gini ini gak enaknya kalau kuliah di tempat yang dosen-dosennya adalah teman baik orang tua kita. Gak bisa bolos bentar aja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun