Mohon tunggu...
Fenny Trisnawati
Fenny Trisnawati Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Manusia cuma bisa usaha, Tuhan yang tentukan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengalaman Operasi Usus Buntu via BPJS

10 April 2020   09:15 Diperbarui: 8 April 2021   18:16 6717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya terasa nyeri di perut kanan dekat pinggul. Karena nyerinya masih biasa saja, hilang-hilang timbul dan tidak terlalu mengganggu, maka saya abaikan. Namun setelah tiga hari, nyeri makin sering terasa dan menetap, terkadang bahkan nyeri sangat kuat terasa lebih dari biasanya.

Karena hal itu, maka saya didampingi suami pergi mengunjungi klinik umum. Setelah dokter melakukan pemeriksaan, maka disimpulkan dokter tidak bisa menarik kesimpulan (hehehe....). 

Dokter hanya mengatakan bahwa kemungkinan usus buntu, ada 3 organ yang berada di perut kanan, saluran kencing, usus buntu dan rahim. Untuk pemeriksaan lebih lanjut dan memperoleh diagnosa yang benar, maka kami dirujuk ke spesialis bedah.

Di spesialis bedah, dokter melakukan pemeriksaan fisik dengan menekan perut kanan dekat panggul, saya mengaduh kesakitan, dokter hanya bilang o iya sambil mengangguk-angguk. Kemudian dokter meminta saya untuk ke laboratorium dan mengecek darah. Setelah menunggu setengah jam, hasil dari laboratorium kami bawa kembali ke dokter. 

Dari hasil pemeriksaan darah di labor, hasil leukosit saya tidak menunjukkan pertambahan yang signifikan dengan nilai rujukan. Jumlah leukosit yang meningkat menunjukkan adanya infeksi.

Dokter bedah lalu melanjutkan dengan rontgen, dan saya diminta untuk ketemu dokter lagi 2 minggu dari hari ini, setelah sebelumnya dokter memberi saya cefadroxil (antibiotik), diclofenac (anti nyeri) dan ranitidin (obat asam lambung). Ranitidin diberikan setelah dokter bertanya ke saya, apakah saya punya riwayat asam lambung, dan saya jawab iya. 

Nah, sampai di sini saya bingung, mengapa harus menunggu 2 minggu baru ketemu dokter bedah lagi? Sedangkan obat yang diberikan dalam waktu 5 hari sudah habis. 

Entahlah, dan saya waktu itu tidak bertanya ke dokternya, setelah operasi juga tidak. Jadi sampai sekarang saya tidak tahu jawabannya. Kemudian saya berasumsi, mungkin karena saya pasien BPJS, jadi prosedurnya memang begitu.

Di bagian radiologi, saya memberikan surat yang menyatakan untuk foto rontgen. Oleh bagian radiologi saya diberi serbuk putih satu kantung kecil. 

Serbuk ini dilarutkan air, kemudian diminum tepat jam 11 malam. Sebaiknya tidak minum dan makan serta usahakan jangan BAB setelah minum larutan tersebut. Esoknya tepat jam 8 pagi saya harus datang untuk rontgen. Saya hanya mengangguk.

Sesampainya di rumah, baru timbul pertanyaan, ini serbuk apa? Apa ada efek sampingnya? Gunanya apa? Telat sudah untuk bertanya. Mungkin karena saya jarang berurusan dengan dokter, jadi linglung untuk bertanya macam-macam.

Untuk menjawab pertanyaan saya, maka saya bertanya pada teman yang dokter dan google (hehehe...). Jadi bisa disimpulkan, bahwa itu adalah serbuk barium, yang merupakan larutan kontras yang diminum untuk memperoleh gambaran usus saya. 

Diharapkan setelah minum larutan barium, ketika rontgen, akan kelihatan apakah ada sumbatan pada usus buntu saya. Kalau ada sumbatan, maka larutan barium tidak akan masuk ke usus buntu sehingga pada hasil rontgen tidak akan kelihatan gambaran usus buntunya. Sumbatan pada usus buntu menunjukkan ada masalah.

Saya tunggu hingga jam 11 malam untuk minum larutan barium tersebut. Bagi saya ini perjuangan karena biasanya jam 9 sudah ngantuk dan tidur. 

Aromanya hampir tidak ada, namun lama-lama rasanya kok kayak minum larutan sabun (hehehe...). Dengan terpaksa saya minum larutan itu, namun hanya sanggup setengah saja, karena sudah mulai mual dan takut muntah. Kalau muntah, masa iya harus ngulang lagi.

Esoknya di bagian radiologi, saya tanya itu serbuk apa, dan dijawab barium (cocok dengan hasil riset saya.... ). Saya bilang rasanya aneh dan bikin mual, jadinya saya cuma minum setengah, trus mba di bagian radiologi bilang, semoga hasil rontgennya bagus ya bu, sebenarnya ibu bisa minum dengan dicampur dengan madu atau sedikit gula (Aduh Bambang....kenapa gak bilang dari kemaren kalau boleh dikasih gula atau madu).

Singkat cerita, pada hari Jumat (20/3) setelah 2 minggu saya bertemu dokter bedah (lagi) sambil membawa hasil rontgen. Hasil rontgen menunjukkan ada sumbatan pada usus buntu saya. 

Karena ingin tahu, saya bertanya ke dokternya, apakah saya operasi laparaskopi, sambil tertawa dokter menjawab, kalau pakai BPJS ya apa adanya, kalau mau laparoskopi harus dirujuk ke RS lain dan tidak ditanggung BPJS. Saya cuma nyengir dengar jawaban dokternya. Akhirnya fixed...saya harus dioperasi sorenya. 

Sayangnya ruang rawat inap untuk kelas 1 penuh. Saya bisa naik kelas ke VIP, tapi konsekuensinya harus bayar selisihnya karena jatah saya pasien BPJS kelas 1. 

Dengan pertimbangan bahwa sakit di perut saya masih bisa ditahan dan kami ada pada urutan kedua pada antrian untuk masuk rawat inap kelas 1 kami bersedia menunggu. 

Hari minggu (22/3) kami dihubungi pihak rumah sakit yang mengabarkan kalau sudah ada kamar yang kosong, dan kami bisa datang hari senin pagi. 

Baca Juga: Operasi Laparoskopi dengan BPJS

Operasi baru bisa dilakukan hari senin (23/3) sore sambil menunggu dokter anestesi. Karena mau operasi, persiapan yang dilakukan antara lain, rekam jantung, cek darah, rontgen dada (gak perlu minum larutan apa-apa...alhamdulillah) dan pasang infus.

Seumur hidup saya baru kali ini masuk ruang operasi yang (ternyata) sangat dingin. Terasa makin dingin karena saya memakai baju operasi dan mungkin ditambah takut dan stress juga. 

Setelah disuntik pada bagian tulang punggung oleh dokter anestesi, saya merasa kebas di tubuh bagian bawah, ternyata saya tidak dibius total. Kemudian operasi pun dimulai. 

Selama operasi tubuh saya menggeletar hebat kerena dingin (mungkin juga karena ketakutan.... hehehe) Operasi berjalan lancar dan memakan waktu sekitar satu jam (kata suami ...). 

Potongan usus buntu saya disarankan dokter untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium patologi anatomi, kami menyetujuinya. RS tidak memiliki laboratorium patologi anatomi, sehingga harus dibawa ke laboratorium luar, untunyanya pihak RS yang mengurus pemeriksaan semuanya, kami tinggal membayar saja (ini diluar tanggungan BPJS, kami membayar 320ribu)

Sebelum, selama dan sesudah operasi saya banyak berdoa. Walaupun banyak yang bilang bahwa operasi usus buntu adalah operasi kecil, tapi bagi saya yang tidak pernah masuk ruang operasi dan jarang berurusan dengan dokter kecuali sakit yang ringan, ini adalah operasi besar. 

Saya berusaha melewati tiap tahapan dengan tabah dan selalu berdoa kepada Allah SWT, hikmahnya saya menjadi lebih tenang dan merasa dekat dengan sang pencipta. Tips dari saya, betapapun sulit dan sakitnya yang dijalani, yakinlah bahwa Allah SWT selalu dekat dan menolong hambanya. 

Peran keluarga dalam mendampingi pasien juga sangat penting (dalam kasus saya suami dan anak) karena setelah operasi harus bed rest selama 24 jam. Otomatis saya serba dibantu dalam segala hal.

Alhamdulillah setelah 3 hari di rumah sakit, hari kamis (26/3) saya boleh pulang, dan diminta kontrol lagi ke dokter bedah hari selasa (31/3), pesan dokter luka operasinya tidak boleh kena air. 

Pada hari selasa jahitan di perut saya dibuka, walau belum semua, dan perbannya diganti. Menurut dokter luka saya bagus. Mengenai hasil laboratorium patologi anatomi menunjukkan hasil appendisitis kronis serta tidak terdapat tanda khas parasit dan ganas, hasil laboratorium patologi anatomi ini difotocpy dan diberikan ke dokter.

Dari dokter bedah saya dirujuk balik ke klinik umum (karena pakai BPJS) untuk perawatan luka dan membuka sisa jahitan. Setiap tiga hari sekali saya ke klinik untuk memeriksa luka jahitan saya dan mengganti perban. 

Hari Rabu (8/3) semua jahitan saya sudah dibuka, luka saya masih diberi perban setelah itu, namun dua hari lagi sudah boleh dibuka dan artinya saya bisa mandi dengan "wajar".

Berkat pertolongan Allah SWT operasi saya berjalan lancar dan semoga pemulihan pasca operasinya dapat berlangsung cepat. Semoga pengalaman saya dapat bermanfaat bagi yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun