Mohon tunggu...
Fenny Trisnawati
Fenny Trisnawati Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Manusia cuma bisa usaha, Tuhan yang tentukan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengalaman Operasi Usus Buntu via BPJS

10 April 2020   09:15 Diperbarui: 8 April 2021   18:16 6717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk menjawab pertanyaan saya, maka saya bertanya pada teman yang dokter dan google (hehehe...). Jadi bisa disimpulkan, bahwa itu adalah serbuk barium, yang merupakan larutan kontras yang diminum untuk memperoleh gambaran usus saya. 

Diharapkan setelah minum larutan barium, ketika rontgen, akan kelihatan apakah ada sumbatan pada usus buntu saya. Kalau ada sumbatan, maka larutan barium tidak akan masuk ke usus buntu sehingga pada hasil rontgen tidak akan kelihatan gambaran usus buntunya. Sumbatan pada usus buntu menunjukkan ada masalah.

Saya tunggu hingga jam 11 malam untuk minum larutan barium tersebut. Bagi saya ini perjuangan karena biasanya jam 9 sudah ngantuk dan tidur. 

Aromanya hampir tidak ada, namun lama-lama rasanya kok kayak minum larutan sabun (hehehe...). Dengan terpaksa saya minum larutan itu, namun hanya sanggup setengah saja, karena sudah mulai mual dan takut muntah. Kalau muntah, masa iya harus ngulang lagi.

Esoknya di bagian radiologi, saya tanya itu serbuk apa, dan dijawab barium (cocok dengan hasil riset saya.... ). Saya bilang rasanya aneh dan bikin mual, jadinya saya cuma minum setengah, trus mba di bagian radiologi bilang, semoga hasil rontgennya bagus ya bu, sebenarnya ibu bisa minum dengan dicampur dengan madu atau sedikit gula (Aduh Bambang....kenapa gak bilang dari kemaren kalau boleh dikasih gula atau madu).

Singkat cerita, pada hari Jumat (20/3) setelah 2 minggu saya bertemu dokter bedah (lagi) sambil membawa hasil rontgen. Hasil rontgen menunjukkan ada sumbatan pada usus buntu saya. 

Karena ingin tahu, saya bertanya ke dokternya, apakah saya operasi laparaskopi, sambil tertawa dokter menjawab, kalau pakai BPJS ya apa adanya, kalau mau laparoskopi harus dirujuk ke RS lain dan tidak ditanggung BPJS. Saya cuma nyengir dengar jawaban dokternya. Akhirnya fixed...saya harus dioperasi sorenya. 

Sayangnya ruang rawat inap untuk kelas 1 penuh. Saya bisa naik kelas ke VIP, tapi konsekuensinya harus bayar selisihnya karena jatah saya pasien BPJS kelas 1. 

Dengan pertimbangan bahwa sakit di perut saya masih bisa ditahan dan kami ada pada urutan kedua pada antrian untuk masuk rawat inap kelas 1 kami bersedia menunggu. 

Hari minggu (22/3) kami dihubungi pihak rumah sakit yang mengabarkan kalau sudah ada kamar yang kosong, dan kami bisa datang hari senin pagi. 

Baca Juga: Operasi Laparoskopi dengan BPJS

Operasi baru bisa dilakukan hari senin (23/3) sore sambil menunggu dokter anestesi. Karena mau operasi, persiapan yang dilakukan antara lain, rekam jantung, cek darah, rontgen dada (gak perlu minum larutan apa-apa...alhamdulillah) dan pasang infus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun