"Lantas apa?" Setan makin penasaran.
      "Bayar hutang alias qada puasa,"
      Setan tertawa dengan sinisnya. "Rajin sekali kamu bayar hutang," Setan masih terpingkal-pingkal. "Memangnya ada yah?"
      "Kalau aku tidak puasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadan, maka sudah kewajibanku untuk membayarnya," terang David dengan apik.
      Setan menggelengkan kepalanya. "Kalau perempuan saya paham. Mereka ada masa untuk istirahat. Uzur syar'i. Tapi kamu kan laki-laki, masa khusus di satu bulan itu saja masih bolong juga puasanya," Setan tertawa terbahak-bahak.
      "Aku tidak puasa karena sakit. Begitupula mereka yang sedang dalam perjalanan jauh, uzur syar'i juga namanya. Tapi tetap saja, harus meng-qada alias mengganti puasa pada hari lain juga,"
      "Ah, apapun namanya. Lebih baik kamu tinggalkan saja. Ambil nasi dan lauknya, lalu makan,"
      "Saya sudah berniat puasa, maka tidak akan menyerah begitu saja,"
      "Nyerah sajalah. Kan masih pagi. Daripada nanti siang atau sore terasa lapar, malah menyesal kenapa gak dari pagi," bujuk Setan.
      "Hmm, bukan ide yang buruk."
      "Makanya, sekarang gak usah puasa dulu. Besok kan bisa puasanya," godaan Setan semakin kuat. Terus besok juga kugoda lagi, biar kamu gak puasa-puasa, haha.