Selesai pengambilan rapot kelas, sekolah pun diliburkan. David ingin melaksanakan puasa dengan niat bayar hutang. Sebanyak tiga hari, ia tidak mengerjakan puasa Ramadan secara penuh. Dikarenakan saat itu, pemuda yang duduk dibangku kelas 7 SMP ini menderita sakit DBD sehingga harus menjalani perawatan medis.
Usai menyantap sahur tepat di pukul empat pagi, David beranjak ke kamarnya. Ia menyengajakan diri menunggu datangnya waktu Subuh dengan berselancar di dunia maya melalui ponselnya. Suasana yang masih senyap dengan hiruk pikuk dunia, sesuatu tak berbentuk datang mendekatinya. David bergeming.
      "Eh, David. Kebetulan sekali kamu terjaga di jam ini," bisik Setan.
      David berdeham.
      "Sedang apa?" tanya Setan.
      "Main ponsel,"
      "Bukan. Maksud saya, kamu sedang melakukan apa di waktu seperti ini?"
      "Mau tahu aja,"
      "Iya, mau tahu banget, dong! Biasanya kan kamu sedang tidur,"
      "Itu kan biasanya. Sekarang lagi nggak." Jawab David tegas.
      "Ah, kamu itu. Aneh,"
      David mengangkat salah satu tangannya seperti sedang menghentikan sesuatu, "Ssst!"
      Setan terpaksa berdiam diri. David memanfaatkan itu dengan minum air putih secukupnya. Kemudian menghela napas lega.
      "Waktu Subuh sepuluh menit lagi! Waktu Subuh sepuluh menit lagi!" suara seseorang yang berasal dari masjid.
      "Tuh, dengar waktu Subuh sebentar lagi," kata David.
      "Oh, saya paham. Kamu akan melaksanakan puasa, yah," terka Setan.
      "Betul,"
      "Untuk apa? Bulan Ramadhan sudah lewat. Hari arafah, juga telah lewat. Begitupun dengan asy-syuura. Ini juga bukan tanggal 13, 14 atau 15. Hmm iya, emang sih ini kan hari Senin. Jadi kamu mau puasa sunnah yah?" tanya Setan penasaran.
      "Tidak,"
      "Puasa Daud?"
      "Bukan,"
      "Lantas apa?" Setan makin penasaran.
      "Bayar hutang alias qada puasa,"
      Setan tertawa dengan sinisnya. "Rajin sekali kamu bayar hutang," Setan masih terpingkal-pingkal. "Memangnya ada yah?"
      "Kalau aku tidak puasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadan, maka sudah kewajibanku untuk membayarnya," terang David dengan apik.
      Setan menggelengkan kepalanya. "Kalau perempuan saya paham. Mereka ada masa untuk istirahat. Uzur syar'i. Tapi kamu kan laki-laki, masa khusus di satu bulan itu saja masih bolong juga puasanya," Setan tertawa terbahak-bahak.
      "Aku tidak puasa karena sakit. Begitupula mereka yang sedang dalam perjalanan jauh, uzur syar'i juga namanya. Tapi tetap saja, harus meng-qada alias mengganti puasa pada hari lain juga,"
      "Ah, apapun namanya. Lebih baik kamu tinggalkan saja. Ambil nasi dan lauknya, lalu makan,"
      "Saya sudah berniat puasa, maka tidak akan menyerah begitu saja,"
      "Nyerah sajalah. Kan masih pagi. Daripada nanti siang atau sore terasa lapar, malah menyesal kenapa gak dari pagi," bujuk Setan.
      "Hmm, bukan ide yang buruk."
      "Makanya, sekarang gak usah puasa dulu. Besok kan bisa puasanya," godaan Setan semakin kuat. Terus besok juga kugoda lagi, biar kamu gak puasa-puasa, haha.
       Hmm.. David seperti mempertimbangkan sesuatu, sambil melihat ke arah jam dinding di kamarnya.
       Setan yang tak putus asa, terus saja menggoda bani Adam itu. Gak mau aku kena skakmat si bani Adam ini. Aku harus menang! "Lagipula, apakah kamu berpuasa ada yang lihat?"
       Suasana pun tiba-tiba senyap. Tak terdengar suara baik dari masjid, nyanyian sunyi di pagi hari, bahkan suara keluarga David pun masih belum terdengar. David menghentikan kegiatannya bermain ponsel.
       Yes, aku menang kan. Gak bisa jawab kan tuh bani Adam. Paling jawabannya, iya memang gak ada manusia yang lihat saya puasa atau tidaknya. Setan menari-nari kesenangan.
      "Ada,"
      "Siapa?"
      "Kau ini nggak nyadar yah. Kau yang makhluk ghaib aja bisa liat aku. Lalu bagaimana dengan DIA, Maha Pencipta?"
      Eh kok jadi gini sih. "Tapi kan .. Ak.." Setan terperanjat.
      "Allah Yang MahaKuasa menciptakan kita semua makhluk-NYA. Pastinya bisa lihat aku, dong! Apakah aku memang berpuasa atau nggaknya!"
      "Aku.... Set..Set..a...annnn." Setan lari tunggang langgang karena mendengar suara azan.
      "A'udzu billahi minasy-syaithanir-rajiim." David mengucapkan hamdallah, lalu bergegas ke masjid untuk sholat Subuh.
*Tamat*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H