Mohon tunggu...
efendi
efendi Mohon Tunggu... Lainnya - felix

Bloggercrony. Single Parent. Kagama.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masih Layakkah Tetap Bertahan di Jakarta?

30 Januari 2024   10:25 Diperbarui: 30 Januari 2024   10:48 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini, Jakarta, sebagai ibu kota negara, sudah menjadi kota metropolitan yang menumpahkan impian banyak orang. Sehingga tak bisa dipungkiri jika Jakarta menjadi pusat urbanisasi dari daerah. Tentunya hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kepadatan penduduk di Jakarta. 

Dikutip dari situs resmi pemerintah provinsi DKI Jakarta, Jakarta menjadi provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia, dengan kepadatan penduduk 15.978 jiwa/km. Jakarta memiliki luas luas daratan 661,52 km2 dan lautan seluas 6.977,5 km2 serta tercatat 110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu. Menurut data dari BPS DKI Jakarta, jumlah penduduk di DKI Jakarta hingga Juni 2023 yaitu sebesar 10.679.951 jiwa.

Kota Jakarta menjadi penyangga kota-kota sekitarnya seperti Depok, Bogor, Bekasi dan Tangerang. Sehingga tak heran terjadi kemacetan di tiap sudut kota terutama waktu pagi hingga malam di hari kerja. Di kala musim penghujan, Jakarta sering banjir di beberapa cekungan yang terkendala aliran air yang mampet dengan tambahan debit air yang tinggi. Walaupun demikian, saat ini sarana dan infrastruktur di Jakarta lebih lengkap dibandingkan dengan kota lain di Indonesia.

Iseng mencoba menanyakan tentang alasan tetap tinggal di Jakarta melalui teknologi AI yang lagi trending saat ini.  Kecerdasan buatan ini pun memberikan informasi beberapa alasan umum seseorang memilih tetap tinggal Jakarta yaitu kesempatan kerja, fasilitas, akses, pekerjaan, pendidikan, sarana infrasustruktur, transportasi, destinasi wisata, jaringan sosial dan pertimbangan ekonomi. Keputusan untuk tetap tinggal tersebut bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bersifat pribadi dan situasional.

..

Secara garis besar, pilihan untuk tetap memilih di Jakarta itu terkait kebutuhan primer yakni pangan, sandan dan papan. Tempat makan di Jakarta cukup banyak dan beragam. Selain tempat kuliner, kebutuhan pangan juga berhubungan dengan dapur rumah tangga. Pemenuhan kebutuhan bahan untuk membuat makan pun gampang untuk dijumpai di pasar ataupun supermarket di Jakarta. 

Tak hanya pangan, kebutuhan sandang pun demikian. Di Tanah Abang atau mall-mal yang tersebar di Jakarta memudahkan untuk mendapatkan barang-barang yang berkaitan dengan sandang seperti pakaian, sepatu dan lainnya. 

Pemenuhan kebutuhan tempat tinggal warga Jakarta memang lebih digalakkan ke bangunan vertikal seperti apartemen. Hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan di Jakarta sehingga harga tanah semakin mahal. Kebanyakan perumahan berkembang di kota-kota penyangga Jakarta.

Untuk memenuhi kebutuhan primer tersebut membutuhkan finansial yang mapan. Lapangan kerja di Jakarta lebih luas dibandingkan dengan kota lain. Hal ini karena Jakarta menjadi pusat perekonomian Indonesia. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mencatat 70% perputaran uang di Indonesia berada di DKI Jakarta. Setelah tak jadi ibu kota, Jakarta diproyeksikan akan menjadi pusat perekonomian dan pusat global.

Alasan yang kedua untuk tetap tinggal di Jakarta yakni Jakarta memiliki kemudahan mobilitas. Hal ini karena sudah mulai terintegrasinya KRL, MRT, LRT dan Busway. Selain biaya yang dikeluarkan lebih murah, jam operasional pun sangat fleksibel karena hampir 24 jam transportasi publik sudah beroperasi dari pagi sampai dini hari. Selain itu adanya keamanan dan kenyamanan di transportasi publik tersebut. Jangkauannya pun luas sampai se-Jabodetabek. Ditambah lagi dengan banyaknya ojek online, baik sepeda motor atau pun mobil, memudahkan mobilitas warga Jakarta ke tempat tujuan. Telah boperasinya Kereta Cepat yang menjadi ikon transportasi modern pun berada di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun