Saat ini, Jakarta, sebagai ibu kota negara, sudah menjadi kota metropolitan yang menumpahkan impian banyak orang. Sehingga tak bisa dipungkiri jika Jakarta menjadi pusat urbanisasi dari daerah. Tentunya hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kepadatan penduduk di Jakarta.Â
Dikutip dari situs resmi pemerintah provinsi DKI Jakarta, Jakarta menjadi provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia, dengan kepadatan penduduk 15.978 jiwa/km. Jakarta memiliki luas luas daratan 661,52 km2 dan lautan seluas 6.977,5 km2 serta tercatat 110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu. Menurut data dari BPS DKI Jakarta, jumlah penduduk di DKI Jakarta hingga Juni 2023 yaitu sebesar 10.679.951 jiwa.
Kota Jakarta menjadi penyangga kota-kota sekitarnya seperti Depok, Bogor, Bekasi dan Tangerang. Sehingga tak heran terjadi kemacetan di tiap sudut kota terutama waktu pagi hingga malam di hari kerja. Di kala musim penghujan, Jakarta sering banjir di beberapa cekungan yang terkendala aliran air yang mampet dengan tambahan debit air yang tinggi. Walaupun demikian, saat ini sarana dan infrastruktur di Jakarta lebih lengkap dibandingkan dengan kota lain di Indonesia.
Iseng mencoba menanyakan tentang alasan tetap tinggal di Jakarta melalui teknologi AI yang lagi trending saat ini. Â Kecerdasan buatan ini pun memberikan informasi beberapa alasan umum seseorang memilih tetap tinggal Jakarta yaitu kesempatan kerja, fasilitas, akses, pekerjaan, pendidikan, sarana infrasustruktur, transportasi, destinasi wisata, jaringan sosial dan pertimbangan ekonomi. Keputusan untuk tetap tinggal tersebut bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bersifat pribadi dan situasional.
..
Secara garis besar, pilihan untuk tetap memilih di Jakarta itu terkait kebutuhan primer yakni pangan, sandan dan papan. Tempat makan di Jakarta cukup banyak dan beragam. Selain tempat kuliner, kebutuhan pangan juga berhubungan dengan dapur rumah tangga. Pemenuhan kebutuhan bahan untuk membuat makan pun gampang untuk dijumpai di pasar ataupun supermarket di Jakarta.Â
Tak hanya pangan, kebutuhan sandang pun demikian. Di Tanah Abang atau mall-mal yang tersebar di Jakarta memudahkan untuk mendapatkan barang-barang yang berkaitan dengan sandang seperti pakaian, sepatu dan lainnya.Â
Pemenuhan kebutuhan tempat tinggal warga Jakarta memang lebih digalakkan ke bangunan vertikal seperti apartemen. Hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan di Jakarta sehingga harga tanah semakin mahal. Kebanyakan perumahan berkembang di kota-kota penyangga Jakarta.
Untuk memenuhi kebutuhan primer tersebut membutuhkan finansial yang mapan. Lapangan kerja di Jakarta lebih luas dibandingkan dengan kota lain. Hal ini karena Jakarta menjadi pusat perekonomian Indonesia. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mencatat 70% perputaran uang di Indonesia berada di DKI Jakarta. Setelah tak jadi ibu kota, Jakarta diproyeksikan akan menjadi pusat perekonomian dan pusat global.
Alasan yang kedua untuk tetap tinggal di Jakarta yakni Jakarta memiliki kemudahan mobilitas. Hal ini karena sudah mulai terintegrasinya KRL, MRT, LRT dan Busway. Selain biaya yang dikeluarkan lebih murah, jam operasional pun sangat fleksibel karena hampir 24 jam transportasi publik sudah beroperasi dari pagi sampai dini hari. Selain itu adanya keamanan dan kenyamanan di transportasi publik tersebut. Jangkauannya pun luas sampai se-Jabodetabek. Ditambah lagi dengan banyaknya ojek online, baik sepeda motor atau pun mobil, memudahkan mobilitas warga Jakarta ke tempat tujuan. Telah boperasinya Kereta Cepat yang menjadi ikon transportasi modern pun berada di Jakarta.
Alasan yang ketiga yakni jaringan sosial yang sudah terbentuk. Hal ini berkaitan dengan kenyamanan di lingkungan tempat tinggal. Diterimanya di lingkungan sosial baik di rumah, kerjaan, pendidikan, hobi ataupun lainnya akan menguatkan circle pertemanan. Luasnya lingkungan sosial yang dimiliki akan pengaruh ke pilihan hidup kita untuk tetap stay.
...
Masih ada banyak hal yang perlu dibenahi di kota yang pernah mempunyai slogan sebagai kota kolaborasi. Jakarta diharapkan bisa menerima berbagai etnis terutama kaum minoritas baik sosial maupun budaya. Perlu langkah tegas dalam menyikapi berbagai tawuran atau perkelahian di Jakarta yang kerap terjadi berulang karena dilandasi isu SARA atau kepentingan kelompok tertentu. Budaya betawi sebagai budaya asli Jakarta, perlu dilestarikan terutama di wilayah tertentu yang memang mayoritas etnis betawi asli ataupun yang menjadi ikonya Jakarta seperti di Monas dan Kota Tua. Tak menutup kemungkinan adanya Kampung betawi yang berada di wilayah penyangga kota Jakarta. Â
Sebagai kota metropolitan, Jakarta masih perlu dikembangkan secara digital. Internet saat ini menjadi hal yang penting sehingga Jakarta perlu meningkatkan kecepatan internet supaya bisa bersaing dengan negara-negara maju seperti Uni Emirat Arab (mencapai 269,41 Mbps) Qatar (mencapai 206,8 Mpbs) dan Korea Selatan (mencapai 145, 25 Mbps). Tata ruang kota juga yang perlu dibenahi. Perlu pembenahan kabel yang berseliweran di jalan raya ataupun perkampungan sehingga tidak elok dipandang terutama di tempat ikonik Jakarta. Banyaknya bangunan mati suri baik mal yang sepi pengunjung ataupun perkantoran seperti Menara Saidah. Sebaiknya adanya aturan yang jelas untuk membongkar atau dialih fungsikan supaya lebih bermanfaat dan tidak mengakibatkan hal buruk seperti ambruk karena terbengkalai.
Untuk mewujudkan Jakarta sebagai pusat perekonomian dan pusat global, perlu adanya langkah strategis menyatukan Jakarta dengan kota penyangga. Sudah bukan hal aneh ketika banyak warga Bodetabek yang beraktivitas di Jakarta. Diharapkan nantinya UU Kekhususan Jakarta akan menggoalkan hal itu sehingga pembangunan dan pemerataan infastruktur bisa maksimal serta dirasakan sampai ke penyangga Jakarta.
....
Nantinya kalau pun ibu kota negara berpindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN) bagi sebagian orang mungkin tidak akan terlalu berpengaruh secara langsung. Selama penempatan pekerjaan masih sama, terutama pegawai swasta, akan memilih untuk tetap di Jakarta.Â
=======
Baca juga:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H