Mohon tunggu...
Femi Yuniar Widiastuti
Femi Yuniar Widiastuti Mohon Tunggu... Apoteker - Be Do Have

Seorang peracik obat yang suka berimajinasi ditengah tumpukan laporan praktikum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lestariku, Masa Laluku

24 Februari 2019   23:03 Diperbarui: 25 Februari 2019   02:25 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: pixabay.com

Lestari ohhh Lestari. Bukan perihal alam, melainkan dia si gadis desa yang menawan . Parasnya yang cantik, jalannya lenggak lenggok bagai jalan di pegunungan. Sikapnya yang lugu membuatku jatuh hati padanya. Yang tak kalah penting, senyumnya masih original tanpa polusi dari perkotaan. Aku bertemu dengannya delapan tahun silam ketika dirinya tersesat di terminal Manukan, Surabaya. Waktu itu aku pulang dari kerja sangat malam karena harus lembur. Saking lapar tak tertahan, aku memutuskan membeli nasi goreng Pak Warjo yang letak nya di samping terminal. Karena gerimis, akhirnya nasi goreng aku makan di tempat.

Dengan wajah lemas, pucat dan kelihatan akan pingsan gadis desa itu memesan nasi goreng kemudian duduk didepanku. Kami saling bertatapan. Aku menatapnya penuh tanya, sedangkan dia menatapku penuh harap.

" Mbak sedang apa malam-malam disini? " aku mulai membuka obrolan

" Saya sedang bingung Mas, saya tersesat seharian ini "

Rupanya dia mencari alamat sepupunya yang sedang menempuh kuliah di sebuah Universitas Negeri. Lestari banyak bicara setelah Nasi Goreng nya habis. Rasa laparku pun juga berubah menjadi kenyang. Bagaimana tidak, gadis yang cantik nya tidak dapat didefinisikan sedang duduk berhadapan denganku saat gerimis di malam sabtu itu.

" Saya sampai surabaya tadi pagi jam 6, naik angkot berkali-kali dan diturunkan sama pak supir karena katanya saya tidak jelas " akupun menepuk jidat. Malam itu pukul setengah 12 malam aku putuskan untuk mengantar nya ke alamat yang dia bawa.

Dua hari setelah kejadian itu, aku kembali memikirkan Lestari. Rasa penasaran, rindu, dan bisikan-bisikan dari hati yang kuat membawaku untuk menemui nya lagi.

" Boleh saya ajak Lestari keluar, kebetulan pagi ini Surabaya cerah "

" Memang nya mau keluar kemana Mas ? "

" Ya sekedar jalan-jalan menikmati hari minggu " kataku meyakinkan nya

Aku mengajaknya melewati Citra Land, decak kagum melihat rumah-rumah besar dan mewah tak henti diutarakan olehnya. Wajar saja, dia baru pertama kali ini datang ke Kota, rumahnya ada di ujung Jawa tengah perbatasan Jawa timur waktu kutanya dulu. Untuk alamat pasti dia belum menjawab.

" Mas aku seneng Mas " katanya disela sela laju motorku yang kian kencang karena jalanan sedang sepi.

Aku membawanya mengelilingi Surabaya kota sampai sore hari. Sebelumnya kami menikmati kuliner khas jawa timuran di Surabaya Barat. Aku bisa membaca raut wajahnya, Lestari bahagia, apalagi aku yang sangat mengharapkannya. Di waktu berbincang saat makan, aku menanyakan sesuatu ke Lestari yang membuatnya diam menunduk malu.

" Kalo Mas boleh tau, Lestari sudah ada kawan dekat? "

" Maksud Mas apa ya? "

" Lestari sudah ada pacar gitu? "

" Belum Mas "

Setelah dekat selama beberapa bulan, aku dan Lestari resmi berpacaran. Karena katanya dia tidak mau untuk segera menikah,malahan dia memintaku untuk fokus bekerja,mengejar karir di masa muda. Lestari memohon kepadaku untuk tidak terburu-buru terhadap sesuatu yang bisa merusak masa depanku. Sebetulnya aku kurang setuju terhadap pendapatnya waktu itu. Menikah kan sah - sah saja ya jika memang sudah sanggup dan niat karena Allah.

Tepat dua tahun di hari aku mengatakan aku ingin selalu bersama nya dan sangat mencintainya, dengan istilah lain berpacaran. Tanpa basa-basi, tanpa izin dan sepengetahuan Lestari aku beserta keluarga datang ke rumah nya di Desa. Karena pernah dua kali kesana jadi aku cukup tahu walaupun nantinya sempat tersesat. Aku melakukan semuanya bukan bermaksud lancang terhadap Lestari. Semua murni karena memang tekad ku sudah bulat, aku benar-benar ingin memilikinya, menjadikan Lestari milikku,Selamanya.

Niat yang baik di sambut baik oleh keluarga Lestari. Waktu itu, aku melihat Lestari menangis, dia tampak pucat dan lebih kurusan dibanding tiga bulan lalu sebelum dia meninggalkan Surabaya. Katanya

" Saya terharu Mas " Dia bahagia, aku juga. Lestari menerima lamaran dariku.

Diputuskan sekalian bahwa pernikahan kami akan dilaksanakan 8 bulan setelah Lamaran dilangsungkan. Sembari menunggu delapan bulan itu, aku mulai mempersiapkan segalanya, mulai melakukan renovasi terhadap rumah yang dulu aku beli dengan cara mencicil saat awal diterima bekerja di kantor. Rumah itu akan aku tempati bersama Lestari setelah kami menikah nanti. Suatu ketika saat aku melakukan pengecekan terhadap rumah itu, aku melamun. Membayangkan yang sebenarnya tidak pernah aku bayangkan sebagai seorang lelaki. Aku memimpikan mempunyai tiga orang anak bersama Lestari. Dua perempuan, satu laki - laki. Hidup bahagia dengannya sampai tua. Hal itu pernah aku ungkapkan ketika aku mengajak Lestari menonton sebuah pertunjukan .

" Besok pas sudah menikah mau punya anak berapa Lestari "

" Mas tanya nya kok aneh-aneh " jawabnya

" Kalo Mas mau nya tiga "

" Kalo Lestari mau nya dua gimana, apa yang satu Mas mau ngelahirin sendiri?  "

Itu jawaban dia yang sebenar nya tidak menjawab keinginanku.

8 Bulan berjalan sangat lambat, aku dan Lestari sama sekali tidak pernah bertemu karena aku bekerja dan dia ada di Desa. Meskipun begitu, kami sering berkirim surat. Dulu masih jarang ponsel, walau aku sudah punya tetapi Lestari belum. Empat hari sebelum pernikahan kami berlangsung, surat dari Lestari sampai di kantorku, kira - kira isinya demikian

" Mas, saya disini alhamdulillah sehat dan bahagia. Bagaimana dengan Mas disana. Sebentar lagi, akan ada perayaan yang tidak akan bisa Mas dan saya lupakan, saya sangat bersyukur dipertemukan dengan orang sebaik Mas. Mas tetap jaga kesehatan ya, makan nya teratur, jangan karena pekerjaan jadi lupa makan, istirahat yang cukup, Lestari berdoa dari sini semoga Mas selalu dalam lindungannya. Sampai bertemu disini Mas, saya harap tangisan bahagia akan menjadi warna dalam pernikahan kita. Oh ya, inshaallah saya akan ikut kemauan Mas untuk punya anak tiga. Hehe. Saya cinta Mas, dimanapun saya berada nanti nya. Sampai bertemu. Lestari "

Hari ini tepat tanggal 2 Januari, aku duduk disamping nya, bukan sebagai pengantin. Aku mengelus sebuah benda yang bertulis namanya, ,diatas gundukan pasir aku berusaha tegar menaburkan beberapa kelopak bunga segar yang dia sukai dulu. Kini enam tahun sudah Lestari pergi, enam tahun yang seharusnya adalah perjalanan rumah tangga kami, tapi dia pergi jauh sangat jauh dariku. Kita berada dalam dimensi yang berbeda meskipun aku tetap merasakan cintanya hadir dan selalu berada dihatiku.

- FemyYW

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun