Mohon tunggu...
Femi Yuniar Widiastuti
Femi Yuniar Widiastuti Mohon Tunggu... Apoteker - Be Do Have

Seorang peracik obat yang suka berimajinasi ditengah tumpukan laporan praktikum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lestariku, Masa Laluku

24 Februari 2019   23:03 Diperbarui: 25 Februari 2019   02:25 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: pixabay.com

" Mas aku seneng Mas " katanya disela sela laju motorku yang kian kencang karena jalanan sedang sepi.

Aku membawanya mengelilingi Surabaya kota sampai sore hari. Sebelumnya kami menikmati kuliner khas jawa timuran di Surabaya Barat. Aku bisa membaca raut wajahnya, Lestari bahagia, apalagi aku yang sangat mengharapkannya. Di waktu berbincang saat makan, aku menanyakan sesuatu ke Lestari yang membuatnya diam menunduk malu.

" Kalo Mas boleh tau, Lestari sudah ada kawan dekat? "

" Maksud Mas apa ya? "

" Lestari sudah ada pacar gitu? "

" Belum Mas "

Setelah dekat selama beberapa bulan, aku dan Lestari resmi berpacaran. Karena katanya dia tidak mau untuk segera menikah,malahan dia memintaku untuk fokus bekerja,mengejar karir di masa muda. Lestari memohon kepadaku untuk tidak terburu-buru terhadap sesuatu yang bisa merusak masa depanku. Sebetulnya aku kurang setuju terhadap pendapatnya waktu itu. Menikah kan sah - sah saja ya jika memang sudah sanggup dan niat karena Allah.

Tepat dua tahun di hari aku mengatakan aku ingin selalu bersama nya dan sangat mencintainya, dengan istilah lain berpacaran. Tanpa basa-basi, tanpa izin dan sepengetahuan Lestari aku beserta keluarga datang ke rumah nya di Desa. Karena pernah dua kali kesana jadi aku cukup tahu walaupun nantinya sempat tersesat. Aku melakukan semuanya bukan bermaksud lancang terhadap Lestari. Semua murni karena memang tekad ku sudah bulat, aku benar-benar ingin memilikinya, menjadikan Lestari milikku,Selamanya.

Niat yang baik di sambut baik oleh keluarga Lestari. Waktu itu, aku melihat Lestari menangis, dia tampak pucat dan lebih kurusan dibanding tiga bulan lalu sebelum dia meninggalkan Surabaya. Katanya

" Saya terharu Mas " Dia bahagia, aku juga. Lestari menerima lamaran dariku.

Diputuskan sekalian bahwa pernikahan kami akan dilaksanakan 8 bulan setelah Lamaran dilangsungkan. Sembari menunggu delapan bulan itu, aku mulai mempersiapkan segalanya, mulai melakukan renovasi terhadap rumah yang dulu aku beli dengan cara mencicil saat awal diterima bekerja di kantor. Rumah itu akan aku tempati bersama Lestari setelah kami menikah nanti. Suatu ketika saat aku melakukan pengecekan terhadap rumah itu, aku melamun. Membayangkan yang sebenarnya tidak pernah aku bayangkan sebagai seorang lelaki. Aku memimpikan mempunyai tiga orang anak bersama Lestari. Dua perempuan, satu laki - laki. Hidup bahagia dengannya sampai tua. Hal itu pernah aku ungkapkan ketika aku mengajak Lestari menonton sebuah pertunjukan .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun