Mohon tunggu...
Felix Nesi
Felix Nesi Mohon Tunggu... Pemain Bola -

Pemain Bola

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bagaimana Pandai Besi Memaknai Hidup

16 Februari 2019   15:20 Diperbarui: 17 Februari 2019   00:01 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alat untuk mmbuat api tetap menyala. Foto Pribadi

"Oh, beta pikir sonde jadi lai (lagi). Beta su (sudah) mau jual pi (kasih) orang."

"Ko su pesan na son (sonde) jadi kermana?"

Charles mengambil parang dari para-para dan menerima uang dari orang itu. Si Orang mengucapkan terima kasih dan berlalu.

"Kalau sedang sehat, berapa parang dan pisau yang Bapak hasilkan dalam satu hari?" saya merevisi kembali pertanyaan saya.

"Bisa dua puluh pisau," Charles menjawab. "Pisau sa (saja). Yah, itu artinya bisa dapat sepuluh parang."

"Bapak jual ke mana?"

"Kadang diambil sendiri sama orang. Kadang saya jual ke Kupang. Kadang juga saya bawa ke Pasar Baru, Kefa. Kadang ke Atambua."

Ia tersenyum dan mulai bekerja kembali. Bunga api memercik. Bayangan bahwa penampang gerinda itu bisa terlepas kapanpun dan menghantam wajah saya membuat saya bangun dan menjauh. 

Saya belum pernah melihat pandai besi sebelumnya. Bayangan tentang orang yang berpandai-besi hanya datang dari film pendekar, di mana sang guru membuat pedang pusaka untuk muridnya. 

Menumbuk, membakar besi dan mencelupkan ke dalam air, mengeluarkan bunyi wusss sebelum memukulnya dengan palu. Ada dua besi seukuran paha orang dewasa yang ditancapkan di ruangan itu, kelihatannya sebagai alas untuk memipihkan besi. Di bagian yang lain bertumpuk kayu-kayu bekas yang dipakai untuk membikin gagang.

"Darimana besi-besi ini Bapak dapatkan?" saya bertanya ketika ia berhenti menggerinda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun