Nama Basuki Tjahaja Purnama belakangan mulai sempat disebut ketika salah satu sumber politik mengatakan bahwa sang mantan Gubernur DKI sekaligus Komisaris Utama Pertamina tersebut disodorkan untuk nama pendamping salah satu bahkan salah dua Capres yang akan bertanding.Â
Meskipun seorang BTP alias Ahok sendiri diyakini memang sebagai kader murni PDIP sejak lepas dari penjara di 2019 lalu. Namun Ahok sendiri diklaim tidak akan terlalu jauh dalam memberikan atau allout dalam dukungan politik, tanpa dia musti declare soal dukungan dalam kampanye Pilpres 2024 nanti.Â
Beliau sudah bisa dipastikan akan bersama PDIP meskipun tidak musti mendampingi. Isu liar ini muncul karena para elite politik yang berada dibelakang kontestasi cenderung bingung terkait siapa yang tepat dan memang harus memberikan suatu efek 'kejutan' dalam Pilpres.Â
Yang menjadi spesial bahwa nama ini diusulkan oleh orang yang sebenarnya tidak jauh dalam pemerintahan sekarang bahkan bisa dikatakan sebagai tangan kanan wahid Presiden, yaitu Luhut Binsar Panjaitan.Â
Menko Maritim dan Investasi Presiden Jokowi. Klaimnya bahwa nama ini bisa menjadi sebuah katalis yang kelak mewarnai kontestasi agar memecah kebuntuan. Memang liar, tapi bisa dicoba.
Pertama, Luhut Binsar Panjaitan dikabarkan mengusulkan nama Ahok kepada orang dekat Prabowo Subianto beberapa waktu selang. Rangenya setelah Lebaran dan sebelum pertemuan para Ketum Parpol di Istana, mungkin berlangsung dekat-dekat dengan acara di Kertanegara yang pada akhirnya mengumumkan bahwa Sandiaga Uno sudah mundur dan Iriawan alias Iwan Bule naik menjadi Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra. Berarti pada saat itu skenario 3 Capres sudah ada karena Ganjar sudah diusung sejak 21 April 2023 lalu.Â
Luhut bertemu dengan Hashim Djojohadikusumo intens membicarakan kondisi dan situasi politik negeri dalam perspektif bisnis pula mengingat keduanya memang dikenal lama sebagai 'konco kentel' dalam dunia investasi ya simbiosis mutualisme. Dan muncul lah usul nama-nama yang bisa dipertimbangkan, memang ada beberapa nama tapi nama BTP bisa jadi pertimbangan.Â
Makanya tak lama setelah kejadian itu termasuk pula ketika beberapa hari berikutnya berlangsung kegiatan silaturahmi antara PKB dan Gerindra di Kertanegara.
Salah satu elite partai Gerindra yang tak lain Ketua Harian Gerindra optimis dan merasa jumawa bahwa ada sosok yang pastinya dipilih dalam koalisi yang mengusung Prabowo sebagai Cawapres yang istimewa.Â
Bursanya banyak dan semakin menarik, memang tidak disebutkan gamblang namun yang pasti syarat Prabowo cuma setia kepada NKRI, UUD 45 dan Pancasila saja sudah cukup.Â
Bukan tidak mungkin nama Ahok juga diperhitungkan, karena secara elektabilitas Capres sebenarnya rada lumayan sosok Ahok mungkin diplot untuk RI2 bisa melengkapi.Â
Apalagi secara historis Ahok sendiri merupakan kader Gerindra dulunya dan secara personal sangat dekat dan hormat betul kepada Prabowo sekalipun dia sudah hengkang dari Gerindra seperti yang kita ketahui dinamikanya dahulu.
Kedua, belum lama pula Luhut Binsar Panjaitan datang menemui Surya Paloh sang Ketum Nasdem selaku partai pengusung pertama dari Anies Baswedan. Sang Capresnya Oposan.Â
Sebenarnya kalau yang disoroti dalam media memang selain ini sebagai bentuk mendinginkan suasana karena Presiden waktu di Sarinah mengatakan bahwa Ketum Nasdem tak diundang ke Istana karena sudah ada koalisi sendiri. Padahal melalui LBP, justru Surya Paloh menerima itu semua dan semua saling menghargai.Â
Menariknya selain komitmen bersepakat untuk mendukung pencalonan Anies dan mewujudkan Pilpres yang damai. LBP selaku senior partai Golkar juga seolah menggunakan kakinya untuk mengusulkan nama yang tepat untuk Anies.Â
Ya siapa lagi kalau bukan mengorbit nama Ahok sebagai Wapres. Dan hal itu seolah disambut baik, direspon terlihat pasca SP sendiri keluar dari Wisma Nusantara dan dilanjut oleh Sugeng Suparwoto selaku Ketua DPP Nasdem yang mendampingi, memang benar bahwa ada usul nama Cawapres yang mendampingi Anies.Â
Intinya sosok yang bisa melengkapi sekalipun Anies dan Tim Kecil Koalisi Perubahan yang notabene sudah SAH menjadi koalisi mengatakan bahwa siapapun calon Wapres harus bersepakat bersama dalam parpol perubahan terlepas dia masuk atau tidak.Â
Ketika ditanya itu dan akhirnya sempat terbersit 5 nama Cawapres bukan tidak mungkin karena ini baru 5 nama dari Nasdem yang mana salah satunya antara ada usul JK selaku 'King Maker' Anies maupun sang Lord Luhut Binsar Panjaitan.Â
Bukan tidak mungkin ada nama Basuki Tjahaja Purnama disitu. Pantas saja Sugeng maupun Surya rada sumringah karena sosok Ahok juga dinilai dekat dengan Nasdem. Jelas, lha wong dulu Nasdem yang usung Ahok di Pilgub 2017 kok walau kalah,
PDIP hingga detik ini tiada suara. Mungkin karena PDIP selaku partai tidak terlalu pusingkan nama Ahok toh sadar juga bahwa Ahok sudah tidak 'menjual' klaimnya seperti dulu. PDIP hanya berputar pada 2 nama selama ini kalau tak Puan ya Ganjar dan endingnya Ganjar juga yang diusung.Â
Ahok kalaupun nanti direspons baik secara pribadi menanggapi namanya masuk bursa jadi Wapresnya siapapun maupun dari partai pasti sama. Ahok tetap fokus pada urusannya dan menyerahkan semua pada takdir kalau memang demikian. Realistis juga bahwa Ahok sendiri dahulu punya kasus hukum yang membuatnya dipenjara selama 2 tahun karena kasus penistaan agama.Â
Memang bisa saja kasus 'diputihkan' melalui pemulihan status, hak dan martabat seorang Ahok yang seolah bebas dari tindakan hukum yaitu melalui Rehabilitasi yang bisa dikeluarkan oleh Presiden dengan argumentasi bahwa apa yang dilakukan Ahok tidak sepenuhnya bersalah dan ada unsur ketidakadilan yang terjadi sehingga wajar dibersihkan sehingga bukan hanya SKCK namun catatan pengadilannya kosong sehingga siap untuk Pilpres atau menjadi Menteri sekalipun. Tapi apa Presiden bisa pertimbangkan itu? Berikut juga konsultasi dengan MA dan DPR (kalau tidak salah UUnya).Â
Jadi impossible juga kalau memang dorong beliau maju ke Pilpres. Baiknya memang tetap dalam posisi dirinya sekarang, mungkin jadi DPR RI atau maju Pilgub bisa menjadi jalannya karena syarat dalam posisi itu tidak dibutuhkan penegasan bahwa sudah pernah dipenjara atau tersangkut hukum. Paling minimal 5 tahun pasca divonis, ya Ahok sudah 5 tahun lebih dapat vonis dari pengadilan. Ya tidak seketat Menteri atau Pilpres. Bisa masuk sama halnya Komisaris sekarang ini.
Jadi serba salah bukan. Dan mungkin seolah menimbulkan kenangan lama serta kerumitan tersendiri. Ahok jadi Wapresnya Ganjar otomatis akan rumit karena keduanya kader PDIP dan pastinya koalisi juga tidak akan sepakat. Mengingat Ahok dahulu seperti apa yang dikenal galak meski secara personally Ganjar dan Ahok sangat dekat sekali sejak di DPR lalu.Â
Kemudian, Ahok jadi wakil Prabowo sekalipun berkaca 2014 lalu, Ahok ingin didorong sebagai Cawapres Prabowo oleh kader Gerindra tapi Ahoknya realistis ingin bereskan tugas di DKI karena Jokowi saat itu kontra Prabowo jadi DKI tidak bisa kosong saat itu kalau dia dampingi Prabowo. Kemudian Anies?Â
Kita jangan lihat Aniesnya meski kontra dan sebenarnya dengan Ahok baik-baik saja. Mungkin PKS dan Demokrat akan menolak dan bereaksi kalau Nasdem ya, Surya Paloh personally sahabat karib Ahok ya mungkin bisa ditimbang. Tapi intinya irisan masing-masing koalisi akan rumit juga. Ya to the point saja, Ahok sosok yang handal sosok yang kompeten tapi bukan untuk kontes. Ketokohan dan Pengaruh seorang Ahok mungkin bisa dipakai untuk siapapun Capresnya untuk vote getting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H