Zonasi Wilayah merupakan esensi penting dalam mempermudah penanganan, melalui pemetaan risiko yang didasarkan pada satu wilayah. Jika dahulu Basis Kota adalah Kecamatan , kini diperkecil sampai basis rumah dalam gang/jalan pada sebuah RT. Tentu dengan harapan ada fokus detil mengetahui titik mana yang perlu ditangani. Namun variabelnya jangan hanya berdasarkan pada Zona saja, kita harus memetakan risiko secara kesehatan bukan basis secara wilayah yang berorientasi pada kepentingan Ekonomi melainkan indikator penanganan perlu data seperti Bed Occupancy Ratio, Jumlah Kluster sekitaran, Contact-Tracing, Data Vaksinasi dan Testing, sampai pada Rate (ini perlu diseriuskan) bukan sekedar Probable, Suspect, Positif (bahasa dulu ODP-PDP) melainkan Positif pun terbagi ada Critically Rate, Fatality Rate, Positivity Rate dan Mortality Rate yang dipadupadankan secara lengkap. Kalau urusan penanganan mau hijau pun harus tetap ketat.
11. Menetapkan Karantina bukan solusi utama, melainkan Memperkuat Social Distancing
Fokus saya adalah bahwa menangani Pandemi tidak sekedar hanya tegas dan keras dalam menutup dan membuka begitu saja sektor yang berisiko atau tidak. Karantina memang perlu, namun bukan solusi karena kembali lagi pada kesadaran. Janji saya mengingat tentu sulit untuk Karantina secara Makro, paling hebat secara Makro. Maka protokol Jaga Jarak 3M bahkan 5M (+Menjauhi Kerumunan, Membatasi Mobilitas) itu perlu. Setiap orang punya kepentingan, setiap orang punya kebutuhan namun bilamana terkesan membahayakan harus segera  ditindak. Ini bukan sekedar ketertiban saja melainkan melawan potensi atas risiko kesehatan tersebut, sehingga kedepannya unsur Aparatur yang seringkali bertindak menegakkan disiplin jangan sekedar memberi denda atau menutup begitu saja namun dasarnya adalah lebih pada menegakkan kebenaran bukan mencari kesalahan yaitu prosesnya edukatif alias membina.
12. Membuka seluas-luasnya partisipasi sukarelawan dengan #GerakanJagaKita
Ini merupakan terobosan kreatif saya dalam rangka menumbuhkan kesadaran untuk mencegah pandemic dengan protokol kesehatan. Caranya adalah lebih mengacu pada millennial namun pesannya mudah ditangani, bentuknya lebih pada sinergi lewat kampanye protokol kesehatan hingga sosialisasi pentingnya hidup sehat mencegah bahaya pandemi. Relawan ini bebas dari mana saja baik dari unsur Organisasi Kepemudaan, Massa, Mahasiswa/Pelajar atau seumuran Lansia pun yang tentu bisa mengejawantahkan pesan atau makna Protokol Kesehatan lebih dalam dan membumi lagi. Jangan hanya berkutat pada TNI-Polri bahkan ada cadangan ASN rutin lakukan razia hingga ke pasar dan Mall. Kerukunan Masyarakat juga harus saling jaga. Relawan walaupun sukarela tetap diberi insentif seperti Contact-Tracer atau fungsi lain sebagai tanda pengadian mereka. (khasnya dengan rompi #Gerakan JagaKita #LawanCovid dan terhubung via WA/Apps)
Demikian yang menjadi Program Konkrit saya dalam melaksanakan tugas sebagai Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Nasional jikalau saya diamanahkan. Mungkin sangatlah kompleks mendalam namun saya berusaha untuk lebih mudah tuk dipahami. Semoga bisa menjadi alternative solusi sekaligus masukan dan membuka ruang diskusi kepada semua untuk sama-sama berperan secara demokratis memberikan sumbangsih demi Pembangunan Bangsa ini. Salam Sehat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H