Sekar.
*****
Pastor felix duduk melamun di meja krjanya. Berita yg terus ia dengar dr kampung halamannya, mau tak mau menjadi beban baginya. Suara musik yg selalu terdengar di pendopo. Dan kegilaan Panji yg smakin parah tak urung membuatnya tak bisa tidur. Sekar sudah pergi namun serasa masih ada. Ada yg salah. Tapi apa... perasaan itu sudah melebur dgn hidup selibatnya. Melebur dgn segenap kasihnya untuk serena. Melebur dgn kegembiraan seorang ayah yg melihat putrinya selalu berprestasi. Dia bukan hanya pastor yg dihormati tp juga seorang ayah. Â Meski dia tidak pernah menikah. Selalu dia menjaga jarak namun selalu luluh dgn wajah yg seperti malaikat itu. .. sekar nya. Dan melihat serena seperti hayalan terliarnya muncul. Andai sekar bukanlah cucu raden sepuh.
Matanya terpejam dan titik sinar itu muncul perlahan. Membesar dan sekar nya muncul dr kekosongan
"Terima kasih, mas... anakku kau rawat dengan baik" katanya
Pastor felix mengerjab... " sekar.... kau sudah tiada.. pergi lah... alammu bukan disini" katanya
"Aku terikat mas... aku tak mampu menggapai yang maha tinggi..." bayangan itu berkata sangat jelas
"Kau kah yg membuat kegaduhan itu?"
"Aku tidak tau , mas, aku hanya terikat... aku tak mampu melakukan apapun... "
" kenapa, sekar? "
"Aku pewaris tradisi, mas... aku terikat untuk tinggal"