Namun, eudaimonia tidak hanya berarti kebahagiaan dalam arti emosional, tetapi lebih kepada pencapaian potensi tertinggi manusia. Kepemimpinan yang baik, menurut Aristoteles, adalah yang mengarahkan masyarakat atau organisasi menuju eudaimonia, di mana setiap individu bisa berkembang secara maksimal.
Dalam konteks modern, ini berarti pemimpin harus berfokus pada kesejahteraan jangka panjang masyarakat, bukan hanya pada hasil jangka pendek. Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu menciptakan keseimbangan antara pencapaian individual dan kolektif, serta memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil mempertimbangkan dampak sosial yang lebih luas.
Mengapa Pandangan Aristoteles Penting?
1. Relevansi dalam Konteks Modern
Pemikiran Aristoteles tentang kepemimpinan tetap relevan hingga hari ini, terutama karena dunia saat ini semakin kompleks. Teknologi yang berkembang pesat, globalisasi, serta masalah lingkungan dan sosial menuntut para pemimpin untuk tidak hanya membuat keputusan yang cepat, tetapi juga keputusan yang etis dan bijaksana.Â
Dalam konteks ini, phronesis menjadi sangat penting. Banyak masalah saat ini, seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan ekonomi, dan konflik politik, tidak bisa diselesaikan dengan solusi jangka pendek. Mereka memerlukan pemimpin yang memiliki integritas dan visi jangka panjang.
Di era informasi, ketika akses ke data semakin luas dan cepat, kemampuan untuk menafsirkan informasi secara etis dan membuat keputusan yang bertanggung jawab semakin penting. Pemimpin harus mampu menyaring informasi yang relevan, memahami konteks, dan kemudian bertindak dengan kebijaksanaan. Ini adalah penerapan langsung dari phronesis dalam pengambilan keputusan modern.
2. Karakter sebagai Landasan Kepemimpinan
Di tengah krisis kepemimpinan global, penekanan Aristoteles pada karakter dan kebajikan moral menjadi sangat relevan. Banyak skandal dan kegagalan kepemimpinan di abad ke-21---baik di dunia politik, bisnis, maupun sektor publik---terjadi karena kurangnya integritas atau karakter yang kuat.
Dari krisis keuangan global pada tahun 2008 hingga berbagai skandal perusahaan besar seperti Enron dan Volkswagen, kita melihat bahwa pemimpin yang tidak memiliki karakter yang kuat akan menghadapi kehancuran moral dan sosial.
Aristoteles mengajarkan bahwa pemimpin yang berkarakter kuat mampu membangun kepercayaan dan loyalitas di antara pengikutnya. Kepercayaan ini adalah elemen yang tak ternilai dalam membangun hubungan yang kokoh, baik dalam organisasi bisnis, politik, maupun masyarakat secara umum.