Mohon tunggu...
Felicia Ivana
Felicia Ivana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

NIM: 46124010014 // S1 Psikologi // Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Aristoteles

23 Oktober 2024   18:54 Diperbarui: 23 Oktober 2024   18:54 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Modul Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri dan menerima pandangan berbeda adalah kualitas penting dari seorang pemimpin bijaksana. Aristoteles percaya bahwa pemimpin harus terbuka terhadap kritik dan siap untuk mempertanyakan asumsi mereka sendiri. Ini membantu menghindari keputusan yang tergesa-gesa atau sepihak.

Dalam konteks perusahaan, CEO seperti Satya Nadella di Microsoft telah dikenal karena budaya kerjasama dan kritik konstruktif yang ia tanamkan di dalam perusahaan. Dengan menerapkan pendekatan "growth mindset" yang berfokus pada pembelajaran terus-menerus dan keterbukaan terhadap pandangan yang berbeda, Nadella mampu membawa Microsoft ke puncak inovasi teknologi.

Peran Etika dalam Kepemimpinan: Aristoteles dan Tantangan Era Digital

Selain membandingkan teori-teori kepemimpinan modern dengan gagasan Aristoteles, penting untuk menyelidiki lebih lanjut bagaimana tantangan era digital memengaruhi praktik kepemimpinan, khususnya terkait dengan etika dan kebajikan. 

Dalam dunia yang semakin terglobalisasi dan terhubung secara digital, pemimpin tidak hanya dihadapkan pada tantangan manajemen tradisional, tetapi juga harus menangani isu-isu kompleks yang terkait dengan teknologi, data pribadi, pengaruh media sosial, serta pertanyaan-pertanyaan etis baru yang muncul.

A. Kepemimpinan dalam Era Digital: Tantangan Etika dan Transparansi

Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi dan digitalisasi, para pemimpin dihadapkan pada tuntutan yang jauh berbeda dibandingkan dengan beberapa dekade lalu. Kepemimpinan kini tak hanya mencakup kemampuan dalam mengelola tim, melainkan juga mencakup pengelolaan informasi, data, serta keberlanjutan etika dalam pengambilan keputusan.

Dalam era digital, banyak perusahaan dan organisasi mengandalkan big data untuk mengambil keputusan. Pemimpin yang bertanggung jawab harus mampu menggunakan data ini secara etis, dengan mempertimbangkan privasi pengguna, transparansi, dan dampak sosial dari keputusan yang mereka buat. 

Misalnya, skandal Cambridge Analytica yang melibatkan penggunaan data pengguna Facebook untuk kepentingan politik adalah contoh nyata di mana kebijakan data yang tidak etis bisa berujung pada krisis kepercayaan yang besar.

Aristoteles akan sangat menekankan pentingnya phronesis dalam situasi ini, karena kebijaksanaan praktis diperlukan untuk menavigasi situasi yang melibatkan data pribadi dan teknologi digital. Pemimpin yang baik harus dapat menyeimbangkan kepentingan bisnis dengan etika, serta melindungi kepentingan publik, seperti yang dianjurkan oleh Aristoteles.

B. Pengaruh Media Sosial terhadap Gaya Kepemimpinan: Transformasi yang Radikal

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun