"Lagi kesal. Malas lihat muka Uli sekarang. Aku belum bilang ke dia juga kok kalau kita mau bertamu," jawabku.
      "Sudahlah dek. Kita ke rumahnya kan cuman menuruti permintaan mamak aja. Enggak ada yang lain," kata Berton menanggapiku.
      "Kalau adek dikasih api, jangan adek kasih lagi api. Nanti permasalahannya makin panjang. Tak ada gunanya juga mendendam. Coba tuntun si Uli baik-baik. Beni juga, ajar dia bagaimana seharusnya dia berperilaku terhadap si Uli. Kalau kita ke rumah Uli sekarang, pasti dia berpikir saudara iparnya ternyata tak seburuk yang dia pikirkan. Mungkin dia jadi berpikir kalau saudara iparnya peduli sama dia, benar kan?" ujar Berton menasihatiku.
Berton benar. Ini sudah terjadi. Tak ada gunanya aku hanya diam dan merutuki mereka disini. Lagipula aku bisa bicara baik-baik dengan Uli langsung agar tidak tersinggung. Aku mengangguk sebagai respon setuju atas perkataan Berton. Kami pun bersiap untuk pergi. Aku harap Uli mau mendengarku dan hal lain seperti ini tidak terjadi lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H