(J): Memangnya ada presiden yang dipilih tanpa dukungan partai? Bahwa Jokowi wajib menjunjung ideologi partai pengusungnya, yang mana ideologi itu adalah Pancasila, dasar negara kita, itu benar. Tapi bila ada asumsi bahwa Jokowi akan mengistimewakan partainya bila terpilih, itu tidak bisa. Karena ada lembaga legislatif yang mengawasi eksekutif. Dan PDI-P di Pemilu legislatif hanya meraih 18.95% yang masih jauh dari kursi mayoritas di DPR.
(P): Media tidak adil. Selalu mengangkat isu HAM, lumpur dan korupsi.
(J): Media bukan tidak adil. Tapi media melihat bahwa hal-hal tersebut memang menjadi isu sentral saat ini yang berkembang di masyarakat, karena rekam jejak dan sejarah memang belum diselesaikan dengan baik. Dan tidak sedikit juga media yang melakukan pemberitaan tidak berimbang dan menyerang kredibilitas Jokowi. Apabila kemudian ada pertanyaan kenapa hal tersebut diungkit lagi, saya rasa sebagai pengagum Soekarno, anda atau kita tidak akan lupa dengan moto beliau, yakni Jas Merah: jangan sekali-kali melupakan sejarah.
(P): Jokowi tidak jago bahasa Inggris.
(J): Di banyak negara maju di Eropa, justru banyak pemimpinnya lebih memilih menggunakan bahasa negara mereka, demi mengajak pemimpin negara lain belajar lebih banyak tentang negara sahabatnya. Konteks bahasa Inggris sebagai bahasa internasional memang benar, tapi ini bukan sesuatu yang tidak bisa dipelajari. Dan yang menjadi catatan, Jokowi sudah berkali-kali melakukan studi ke luar negeri seperti ke Tiongkok dan Rusia. Jadi kalau ada anggapan bahwa kurang bisa berbahasa Inggris berarti orang tersebut tidak go international, ini adalah sebuah anggapan yang salah.
(P): Jokowi dibiayai cukong dan Amerika Serikat.
(J): Dengan era transparansi yang terjadi saat ini, pemerintah, KPU dan Bawaslu tentunya lebih cerdas dan memiliki akses terhadap data semacam ini serta lebih awas dalam mengawasi aliran dana yang masuk untuk biaya kampanye. Termasuk capres-cawapres rival dari Jokowi-JK.
Jadi, saya rasa kampanye negatif atau kampanye hitam sudah tidak diperlukan lagi saat ini. Sudah saatnya kita, masyarakat, diberikan penjelasan mengenai visi-misi capres dan cawapres yang bersaing, mengingat banyaknya visi-misi dan program kerja tersebut (puluhan halaman). Ketimbang sibuk mencari isu negatif baru, saling sikut dan menjatuhkan. Ibarat sepakbola, bermainlah dengan cantik dan sportif. Kalah atau menang itu urusan belakang. Bukan yang penting menang dengan menghalalkan segala cara.
Baca di sini visi-misi Jokowi dan JK: http://kpu.go.id/koleksigambar/VISI_MISI_Jokowi-JK.pdf
Baca di sini untuk visi-misi Prabowo dan Hatta Rajasa: http://kpu.go.id/koleksigambar/VISI_MISI_prabowo-Hatta.pdf