Mohon tunggu...
Febry S. L.
Febry S. L. Mohon Tunggu... -

Judge me. :)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menjawab Kampanye Hitam atas Jokowi

31 Mei 2014   08:37 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:54 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1401491150854559788

14. Berhasil menggalang para pengusaha untuk turut berpartisipasi membangun dan memperindah Jakarta

Untuk masalah macet, ini tentu saja belum efektifnya penggunaan moda transportasi massal. Selain proyek MRT yang masih berlangsung, penerapan ERP yang belum jadi, pembatasan BBM bersubsidi yang setengah hati, serta penggunaan angkutan umum yang belum efektif karena memang belum maksimal pelayanan yang diberikan. Namun, saya pribadi sudah cukup merasakan bagaimana enaknya naik busway, metromini, kopaja, bus patas dan mikrolet. Tergantung kemauan saja dan menekan rasa gengsi. Untuk banjir, ini sudah dapat dilihat dengan menurun drastisnya titik banjir di Jakarta dibanding tahun 2007-2012.

(P): Jokowi itu capres boneka dan antek asing.

(J): Selama Jokowi di pemerintahan (Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta), tidak ada satu pun kebijakan yang diambilnya menguntungkan partai yang mengusungnya, karena dia memang bukan bagian struktural partai. Dan ini menyebabkan proses kebijakan yang diambilnya bukan merupakan perpanjangan tangan partai. Justru dia sanggup bersinergi dengan Ahok, wakilnya di DKI Jakarta, yang notabene adalah kader Gerindra dan salah satu putera bangsa yang cerdas dan tegas. Antek asing? Kenapa antek asing? Apakah bila kita membuka diri dengan dunia internasional disebut antek asing? Apakah bila saya ketua RT, kemudian berkunjung ke rumah warga saya yang berkewarganegaraan Malaysia lalu saya disebut antek asing? Yang saya bingung, kenapa orang yang jelas-jelas tinggal di negara lain bertahun-tahun saat negara sedang kacau-balau tidak disebut sebagai antek asing? Malah seakan menjadi orang paling nasionalis di negeri ini?

(P): Jokowi bukan orang Islam, tidak bisa shalat, menulis Alhamdulillah saja salah.

(J): Isu SARA sudah jadi isu kuno. Jangan bahas ini. Isu ini hanya dilahirkan oleh orang-orang yang tidak hafal dan tidak paham Pancasila atau lupa dengan pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) atau PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) atau Kewiraan. Waktu yang akan membuktikan soal ini.

(P): Di video YouTube, JK saja mengatakan bahwa Jokowi tidak pantas jadi presiden.

(J): Coba tonton lagi video tersebut. Dengarkan baik-baik omongan JK. "Iya, kalau dia sukses ya silahkan." JK bukan orang baru dalam perpolitikan negeri ini. Ia sadar bahwa saat ini Jokowi telah berhasil memimpin Jakarta, setidaknya dalam waktu yang singkat. Maka dari itu sikap politiknya berubah. Pembuktian dan rekam jejak Jokowi dalam satu setengah tahun ini sudah cukup nyata bagi seorang JK untuk mengubah pendiriannya. Bukankah itu hebat? Bahwa Jokowi berhasil membuktikan keberhasilannya kepada politisi senior seperti JK untuk menjadi wakilnya nanti.

(P): Jokowi ndeso dan tidak pantas secara fisik jadi presiden.

(J): Ini sebuah pernyataan yang seharusnya dipakai saat memilih bintang iklan untuk produk susu peningkat massa otot atau saat mencari aktor protagonis untuk film aksi atau sinetron.

(P): Jokowi itu petugas partai. Tidak amanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun