Mohon tunggu...
Febroni Purba
Febroni Purba Mohon Tunggu... Konsultan - Bergiat di konservasi ayam asli Indonesia

Nama saya, Febroni Purba. Lahir, di Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Menempuh pendidikan SD hingga SMA di Kota Medan. Melanjutkan kuliah ke jurusan ilmu Peternakan Universitas Andalas. Kini sedang menempuh pendidikan jurusan Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Pernah menjadi jurnalis di majalah Poultry Indonesia selama tiga tahun. Majalah yang berdiri sejak tahun 1970 ini fokus pada isu-isu ekonomi, bisnis, dan teknik perunggasan. Di sana ia berkenalan dengan banyak orang, mengakses beragam informasi seputar perunggasan Tanah Air dan internasional. Samapai kini ia masih rajin menulis, wawancara dan memotret serta berinteraksi dengan banyak pihak di bidang peternakan. Saat ini dia bergabung di salah satu pusat konservasi dan pembibitan peternakan terpadu ayam asli Indonesia. Dia begitu jatuh cinta pada plasma nutfah ayam asli Indonesia. Penulis bisa dihubungi via surel febronipoultry@gmail.com. atau FB: Febroni Purba dan Instagram: febronipurba. (*) Share this:

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ini Alasan Bisnis Ayam Kampung Menjanjikan

3 Juni 2016   11:07 Diperbarui: 3 Juni 2016   13:38 5941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kandang peternakan ayam kampung dengan pola intensif (Dok. ULI)

Peralatan

Di sini, biaya untuk peralatan tidak begitu besar. Peralatan yang digunakana adalah gas solek, tempat minum tempat pakan, tabung gas, dll. Sama seperti kandang, peralatan juga tidak bisa dijadikan aset. Maksudnya adalah, ketika kita berhenti berbisnis ayam kampung, peralatannya sulit untuk dijual. Lahan, sudah dijelaskan tadi.

Biaya Produksi

Setelah semua lengkap, sekarang menghitung biaya produksi. Biaya untuk satu ekor ayam yang sudah dipanen sebesar Rp 26 ribu-Rp 27 ribu selama 70 hari. Selama 70 hari itu rata-rata beratnya 0,95 kilogram. Jadi, jika memelihara 1.000 ekor, berarti biaya awalnya adalah Rp 27 juta ditambah Rp 25 juta (biaya kandang), totalnya Rp 52 juta. Biaya peralatan diasumsikan sekitar Rp 8 juta, maka total keseluruhan Rp 60 juta.

Dari penjelasan singkat di atas, prospek bisnis ayam kampung sangat menjanjikan. Peluang untuk pemasaran domestik maupun ekspor sangat terbuka. Bagi Anda yang tertarik siapkanlah mental, modal, dan hal-hal teknis yang dijelaskan di atas. Selamat mencoba!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun