Ayam Kai Dang produksi Tanaosree (Sumber: Tanaosree)
PERUSAHAAN ayam lokal asal Thailand segera masuk ke Indonesia. Menurut informasi yang diperoleh Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli), Tanaosree Grup milik Tanop Sujikara dari negeri Gajah Putih itu sedang menyiapkan ekspansi bisnisnya ke Indonesia.
Perusahaan tersebut memproduksi native chicken (ayam asli) Thailand persilangan ayam tarung dengan ayam merah yang disebut Kai Dang. Produksinya ditaksir mencapai 100.000 ekor per minggu. Ayam Kai Dang adalah hasil seleksi dari 20 jenis ayam yang ada di Thailand. Bobotnya mencapai 1,8 kg (jantan) dan 1,4 kg (betina) dalam waktu 90 hari atau sekitar 12 minggu.
Ayam Kai Dang produksi Tanaosree, Thailand.
Kabarnya, Tanaosree sudah melakukan komunikasi dengan pelaku peternakan ayam lokal di Indonesia untuk membicarakan rencana kerjasama. Namun, Ketua Umum Himpuli Ade M Zulkarnain belum mengetahui adanya kerjasama antara Tanaosree dengan pelaku peternakan lokal. “Itu masih misteri,” ujarnya.
Ketika dikonfirmasi, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Muladno belum mengetahui adanya isu tersebut. “Belum ada info masuk ke saya tentang hal itu,” katanya melalui pesan Whatsapp, Minggu (10/4).
Sementara itu, Kepala Dinas Peteranakan Jawa Barat Dody Firman Nugraha mengatakan, jika ayam Thailand masuk ke Indonesia, maka jajarannya siap menjaga segmen pasar. “Kita harus perkuat posisi peternak ayam lokal kita. Kalau pun terpaksa masuk sebaiknya diatur segmen pasarnya. Kami daerah akan menjaga segmen pasar,” tuturnya.
Sebelum masuk ke pasar Indonesia, Tanaosree sudah mulai mengekspor daging ayam lokal (Kai Dang) ke Jepang. Peternak ayam lokal diminta untuk siap menghadapi persaingan bisnis dengan perusahaan Thailand. Ade menambahkan, di era Masyarakat Ekonomi ASEAN, kita tidak bisa lagi menghalangi produk asing masuk ke Indonesia. “Pemerintah harus memperhatikan peternakan ayam lokal agar bisa bersaing dan ekspor,” katanya.
Pemerintah abai
Peternak ayam lokal menilai pemerintah masih mengabaikan sektor peternakan ayam lokal. Menurut Ade, peternakan ayam lokal adalah komoditi yang termarginalkan oleh pemerintah.
Padahal, ayam lokal Indonesia seperti ayam Sentul misalnya, tidak kalah dengan ayam Thailand. Bobot hidup ayam Sentul mencapai 1-1,5 kg pada umur 10 minggu. Artinya, peternakan ayam lokal merupakan komoditi andalan untuk bersaing di pasar global. Sayangnya, pemerintah belum memperhatikan peternakan ayam lokal sebagai produk andalan. Sementara, jenis ternak lain seperti ayam ras, sapi, dan susu, masih impor.
Ade menyayangkan sikap pemerintah yang mengabaikan peternakan ayam lokal. Pengembangan peternakan yang dilakukan pemerintah sekarang berfokus pada daging sapi dan ayam ras. Untuk pengadaan indukan sapi jenis Brahman Cross, pemerintah telah menagagarkan dana sebesar Rp 1,3 triliun. Untuk peternakan ayam ras, pemerintah sedang membuat peraturan menteri pertanian.
Padahal, kontribusi daging ayam lokal terhadap pemenuhan daging nasional cukup signifikan setelah ayam ras dan daging sapi. Selain itu, Indonesia merupakan salah satu pusat domestikasi ayam dunia lama-lama bisa menjadi kenangan. Dari dua puluh enam jenis ayam lokal Indonesia, delapan puluh persennya ditengarai nyaris punah. Bahkan diantaranya ada yang sudah punah, seperti: Ayam Ciparage, Ayam Jangkur, dll.
Kondisi di atas disebabkan lantaran minimnya perhatian pemerintah terhadap pengembangan ayam lokal. Meskipun Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Kementrian Pertanian berupaya melakukan pemurnian bibit ayam lokal, upaya itu tersendat akibat minimnya fasilitas pendukung penelitian. Hal ini pernah diungkapkan oleh salah satu peneliti Balitnak.
Abainya sikap pemerintah terhadap pengembangan ayam lokal mencerminkan kurang berpihaknya pemerintah dengan masyarakat bawah. Bahkan, bagi penduduk desa, hampir di setiap rumah memelihara ayam lokal. “Ada 22 juta rumah tangga yang memiliki ternak ayam kampung. Ini sangat potensial dalam mendukung perekonomian masyarakat,” pungkas Ade. febroni_purba@yahoo.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI