Irham Fikry, lahir di Bireuen, Aceh, pada 3 September 1968, tumbuh dalam keluarga yang berkecukupan, penuh cinta dan perhatian. Membuatnya memiliki akses pada pendidikan dan berbagai kesempatan, namun yang lebih penting, mereka memberikan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan yang akan membentuk karakter dan pandangan hidup Irham ke depan. Dari kecil, ia dikenal sebagai sosok yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu. Ini membawanya untuk memulai perjalanan hidupnya di luar Aceh, di sebuah kota yang sangat berbeda dari kampung halaman---Bandung.
Masa kecilÂ
Masa kecil Irham Fikri dipenuhi dengan kenangan manis yang tak terlupakan, semuanya berputar sekitar dunia musik yang mengisi setiap sudut kehidupannya. Sejak usia dini, ia sering kali duduk dengan nyaman di ruang tamu, mendengarkan kaset pita yang diputar oleh pamannya melalui radio tua yang sudah berumur. Suara lembut namun penuh semangat dari lagu-lagu yang mengalun dari kaset-kaset tersebut seolah membentuk latar belakang dari kehidupannya yang sederhana, memberikan warna pada hari-harinya yang penuh keceriaan. Setiap melodi yang mengisi udara di sekitarnya bukan hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga mulai meresap ke dalam jiwanya, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari rutinitas harian yang ia jalani. Pada saat itu, Irham belum menyadari bahwa kecintaannya yang mendalam terhadap kaset pita dan musik secara keseluruhan akan berkembang menjadi sesuatu yang jauh lebih besar, yang suatu hari akan memengaruhi jalannya hidupnya dengan cara yang tak terduga.
Seiring berjalannya waktu, kecintaan Irham terhadap musik semakin mendalam dan tak terelakkan. Ketika memasuki usia SMP, ia mulai merasa terhubung lebih erat dengan dunia musik, merasakan bagaimana setiap lagu mampu berbicara langsung ke dalam hati dan pikirannya. Ketertarikannya tidak hanya sebatas mendengarkan lagu di radio, tetapi juga berlanjut dengan mengoleksi rilisan fisik yang sangat berharga baginya, terutama kaset-kaset yang langka dan sulit ditemukan di pasaran. Dengan penuh semangat, Irham mulai menyisihkan sebagian uang jajan yang ia miliki, memilih untuk membeli kaset-kaset baru meskipun kadang harus mengorbankan hal-hal lain yang lebih mendesak. Bagi Irham, mengoleksi kaset bukan sekadar sebuah hobi biasa; itu adalah cara baginya untuk lebih mendalami dan mengapresiasi dunia musik yang semakin ia cintai. Dari pengalaman mendengarkan kaset pita lewat radio bersama pamannya hingga mengumpulkan kaset-kaset langka yang membangun koleksi pribadinya, masa kecil Irham adalah perjalanan penuh gairah, semangat, dan kecintaan terhadap musik yang terus berkembang dan menjadi bagian yang sangat berarti dari identitas hidupnya.
Merantau ke Bandung, mencari pengalaman dan pengetahuan
Pada akhir tahun 1980-an, ketika sebagian besar remaja seusianya mulai memasuki dunia kerja atau mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupan dewasa dengan segala tantangan dan tanggung jawabnya, Irham telah membuat keputusan besar yang tidak biasa untuk seorang pemuda seusianya. Ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di luar kota, suatu langkah yang memperlihatkan tekad dan kematangan berpikir yang lebih jauh dari usia muda. Pilihannya jatuh pada Bandung, sebuah kota yang tidak hanya dikenal dengan suasana akademisnya yang kondusif, tetapi juga dengan atmosfer yang kaya akan sejarah, budaya, dan berbagai kesempatan untuk berkembang. Bandung menjadi tempat yang ideal bagi Irham untuk mengejar impian dan ambisinya, sekaligus menemukan banyak hal baru yang mungkin tidak bisa ia temui di tempat asalnya.
Irham kemudian mendaftar di Universitas Padjadjaran (UNPAD), sebuah universitas ternama yang terkenal dengan kualitas pendidikan dan lingkungan kampus yang mendukung pengembangan intelektual mahasiswanya. Ia menempuh pendidikan tinggi di sana dengan penuh semangat dan tekad yang besar untuk meraih cita-citanya. Di Bandung, perjalanan akademiknya bukan hanya tentang apa yang dipelajari di ruang kelas, tetapi juga tentang pengalaman hidup yang didapatkan dari interaksi dengan berbagai macam orang, budaya, dan ide yang berbeda. Semua itu menjadi bekal berharga yang membentuk karakter dan cara berpikirnya.
Keputusan besar untuk merantau ke luar kota, meskipun penuh dengan tantangan dan kesulitan, ternyata memberikan Irham banyak pelajaran hidup yang tak ternilai. Ia belajar untuk mandiri, mengelola waktu dan sumber daya, serta bertanggung jawab atas keputusan-keputusan yang ia buat. Selain itu, ia juga mulai menyadari bahwa dunia ini jauh lebih luas daripada yang ia bayangkan sebelumnya. Keberagaman budaya yang ada di Bandung memperkaya wawasannya dan memberi perspektif baru dalam melihat kehidupan, menjadikannya lebih terbuka dan lebih bijaksana dalam menghadapi berbagai situasi. Keputusan untuk merantau ini, meskipun terasa berat pada awalnya, akhirnya menjadi titik awal yang sangat berarti dalam perjalanan panjangnya untuk menemukan jati diri, mengeksplorasi berbagai minat, dan akhirnya menemuka passion sejatinya yang selama ini ia cari.
Perjalanan Menuju Dunia Musik
Walaupun banyak hal baru yang dipelajari selama berada di Bandung, Irham tetap mempertahankan kecintaan yang mendalam terhadap musik, yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya. Sejak masa kecilnya, ia sudah mengenal dunia musik dengan cara yang unik, yakni mengoleksi rilisan fisik seperti kaset dan vinyl, yang ia dapatkan dengan susah payah melalui berbagai cara, baik itu dari toko musik langganan, pasar loak, hingga dari teman-teman yang juga memiliki minat yang sama. Kecintaannya pada musik bukan hanya sekadar bentuk hiburan semata, tetapi telah menjadi bagian integral dari kehidupannya, sebuah ekspresi yang mampu mengungkapkan perasaan dan pikiran yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Musik bagi Irham adalah medium yang sangat kuat, yang memberikan makna dalam setiap perasaan yang ia alami, baik itu kegembiraan, kesedihan, maupun momen-momen refleksi yang lebih dalam terhadap hidup. Kecintaan terhadap musik ini, yang semakin mengakar seiring berjalannya waktu, menjadi titik balik yang mengarahkannya pada dunia perdagangan rilisan fisik, sebuah dunia yang sebelumnya hanya ia kenal sebagai bagian dari hobi, namun kini menjadi peluang yang mengubah hidupnya.
Ketika ia memutuskan untuk melanjutkan studi di Bandung, Irham merasa ada suatu daya tarik yang kuat untuk mengembangkan hobi dan minatnya terhadap musik lebih jauh. Bandung, dengan segala keragaman budayanya, menyediakan banyak ruang bagi perkembangan kreativitas, termasuk dalam dunia musik. Berbekal pengetahuan dan pengalaman yang ia miliki selama bertahun-tahun mengumpulkan rilisan fisik, ia mulai menyalurkan minatnya tersebut dengan membeli berbagai kaset musik dari berbagai genre yang ia sukai. Tak hanya mengumpulkan, Fikri kemudian menjual kaset-kaset tersebut secara kecil-kecilan kepada teman-teman kuliahnya dan masyarakat sekitar. Pada awalnya, ia hanya menjualnya di trotoar jalanan Bandung yang ramai, berharap dapat berbagi kecintaannya terhadap musik dengan orang lain. Namun, seiring waktu, usaha kecilnya itu berkembang pesat. Ia mulai menyadari bahwa di tengah pesatnya perkembangan industri musik digital yang semakin mendominasi, masih ada banyak orang yang menghargai rilisan fisik, terutama kaset dan vinyl, sebagai suatu bentuk koleksi yang lebih berarti. Bagi mereka, rilisan fisik tidak hanya sekadar objek yang berisi musik, tetapi juga sarana untuk merasakan kedekatan yang lebih personal dengan artis dan karya mereka, sebuah kenangan yang lebih intim yang tidak dapat dirasakan dengan media digital semata. Irham pun semakin mantap untuk mengembangkan bisnis ini, berusaha memberikan yang terbaik bagi para pecinta musik yang memiliki pandangan serupa terhadap rilisan fisik yang ia tawarkan.
Dari Jalanan ke Etalase Toko
Pada tahun 1992, saat banyak rekan-rekannya mulai bekerja di bidang lain, Irham memilih untuk mengikuti hasratnya dengan berjualan kaset dan rilisan fisik lainnya di jalanan Bandung. Meskipun tidak mudah, ia merasa bahwa dunia musik adalah panggilan hatinya. Namun, berjualan di jalanan bukanlah hal yang mudah. Irham harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari cuaca yang tidak menentu hingga persaingan dengan pedagang lain. Ia sering berpindah-pindah tempat, mencari lokasi yang tepat untuk menarik pembeli.
Setiap tempat yang ia pilih memiliki tantangannya sendiri. Irham sering berpindah-pindah lokasi, dari satu sudut jalan ke sudut jalan lainnya, demi mencari penggemar musik yang menghargai rilisan fisik. Meskipun kondisi saat itu jauh dari nyaman, Irham tidak pernah menyerah. Justru, pengalaman tersebut semakin menguatkan tekadnya untuk bertahan dan terus berinovasi dalam menjalankan bisnisnya. Berjualan di jalanan mengajarkannya tentang ketekunan, kesabaran, dan cara beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah.
Â
Pada masa itu, ia harus menghadapi tantangan besar, terutama dari para preman yang sering mengganggu dan menekan para pedagang kecil. Namun, meski situasi sulit, Irham tidak menyerah begitu saja. Ia sempat beberapa kali berhadapan langsung dengan preman-preman tersebut, bertaruh pada keberaniannya dan mempertaruhkan masa depannya. Dalam setiap perjuangan yang dilalui, Irham menunjukkan ketangguhan dan keberanian luar biasa, tidak hanya dalam berjuang untuk bertahan hidup, tetapi juga dalam menjaga martabatnya sebagai seorang pedagang yang berusaha mencari nafkah dengan cara yang jujur. Keberaniannya menghadapi preman di jalanan menjadi bagian dari kisah hidupnya yang penuh warna, menggambarkan semangat juang yang tak kenal menyerah.
Â
Seiring waktu, Fikri menyadari bahwa untuk bisa terus bertahan dalam bisnis ini, ia harus lebih profesional. Tepat pada tahun 2000, Irham mendirikan toko yang diberi nama DU68 Musik, sebuah toko yang kini menjadi legenda di dunia musik fisik di Bandung. DU68 Musik bukan hanya sebuah toko kaset dan CD biasa, tetapi lebih dari itu, toko ini menjadi tempat berkumpulnya para penggemar musik, kolektor rilisan fisik, dan pecinta budaya musik yang sama.
Toko ini menjadi tempat di mana orang-orang dapat menemukan rilisan langka yang sulit didapatkan di tempat lain. Dari musik pop, rock, jazz, hingga rilisan-rilisan lokal yang jarang terdengar, DU68 Musik menjadi saksi perjalanan musik di Indonesia. Dalam beberapa tahun, toko ini berkembang pesat, berkat kerja keras dan dedikasi Irham dalam memberikan produk-produk berkualitas tinggi bagi para pelanggannya.
Du 68 Musik Sebagai Secondhome base
Fikri tidak hanya melihat DU68 Musik sebagai tempat untuk melakukan transaksi jual beli, melainkan sebagai sebuah homebase, yaitu ruang komunitas yang memungkinkan para penggemar musik berkumpul, berbagi cerita, dan memperluas wawasan mereka tentang dunia musik. Toko ini sering mengadakan acara dan gathering, di mana pengunjung bisa berdiskusi tentang rilisan langka, berbagi pengalaman mendengarkan musik, atau bahkan bertemu dengan musisi lokal.
Bagi Fikri, toko ini adalah tempat yang sangat personal, bukan hanya untuk mendapatkan penghasilan, tetapi juga untuk memberikan ruang bagi orang-orang yang menghargai musik dalam bentuk fisiknya. Ia ingin menjaga keberadaan DU68 Musik sebagai tempat yang nyaman bagi semua orang, baik para kolektor lama maupun generasi muda yang baru mengenal dunia rilisan fisik.
Dengan konsep ini, DU68 Musik menjadi tempat yang sangat istimewa, terutama di tengah gempuran musik digital yang semakin dominan. Banyak penggemar musik yang merasa bahwa membeli dan mengoleksi rilisan fisik memberikan pengalaman yang lebih mendalam dibandingkan hanya mendengarkan melalui platform streaming. Rilisan fisik memberikan mereka kesempatan untuk merasakan karya seni secara utuh---baik dari segi visual, kualitas audio, hingga koneksi emosional dengan musik itu sendiri.
Â
Â
Menjaga Tradisi di Era Digital
Bertahan di tengah arus digital yang semakin menguasai dunia, Irham merasa bahwa tugasnya bukan hanya sekadar berjualan. Ia ingin menjaga dan melestarikan tradisi mendengarkan musik secara fisik. Bagi fikri, rilisan fisik adalah bentuk seni yang tidak hanya dapat dinikmati dari segi musikalitas, tetapi juga dari sisi visual dan kolektibilitas. Melalui toko DU68 Musik, ia berharap dapat memberi pengalaman yang lebih mendalam kepada para penggemar musik yang ingin mengoleksi album fisik.
Meski banyak tantangan datang, seperti persaingan dari penjualan digital dan perubahan perilaku konsumen, Fikri tetap percaya pada kekuatan loyalitas penggemar musik fisik. Salah satu kunci keberhasilan bisnisnya adalah kemampuannya untuk terus berinovasi, meski tetap setia pada nilai-nilai lama yang ia yakini. Fikri terus memperkenalkan rilisan baru, melakukan acara meet-and-greet dengan musisi, hingga mengadakan event khusus bagi para kolektor musik.
Visi dan Filosofi Hidup
Hidup Fikri selalu berfokus pada keseimbangan antara pekerjaan dan passion. Ketika banyak orang menganggap pekerjaan hanya untuk mendapatkan uang, Irham melihat bahwa pekerjaan bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan tersendiri. "Hidup dan kerja sejalan dengan passion,orientasi tidak melulu tentang uang, yang penting bahagia" ungkapnya. Filosofi ini menjadi pegangan hidup Irham, yang selalu merasa puas karena ia melakukan pekerjaan yang ia cintai, sekaligus memperoleh hasil yang cukup untuk kehidupan sehari-hari.
Fikri percaya bahwa kebahagiaan sejati bukan hanya berasal dari materi, tetapi juga dari kepuasan dalam menjalani hidup yang sesuai dengan passion. Bisnis yang ia jalani bukan sekadar tentang memperoleh keuntungan, tetapi juga tentang memberikan sesuatu yang lebih kepada masyarakat---yaitu akses terhadap karya seni yang menginspirasi.
Menghadapi Tantangan dan Kegagalan
Perjalanan fikri tidak selalu mulus. Seperti halnya banyak pebisnis lainnya, ia juga harus menghadapi tantangan dan kegagalan. Sering kali ia merasa bahwa usaha yang ia lakukan belum mencapai titik yang memuaskan. Namun, setiap kegagalan justru memberinya pelajaran berharga tentang cara untuk lebih baik lagi ke depannya. "Setiap kegagalan adalah kesempatan untuk belajar. Saya tidak pernah menyerah karena saya tahu apa yang saya lakukan adalah sesuatu yang saya cintai," katanya.
Fikri mengajarkan kepada kita semua bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Ia mencontohkan bagaimana sebuah perjalanan yang penuh dengan liku-liku bisa berakhir pada kesuksesan jika kita tetap bersemangat dan terus berusaha. Ketekunan dan rasa cinta terhadap pekerjaan menjadi bahan bakar utama untuk terus maju.
Masa Depan dan Harapan
Irham Fikri kini berada di fase kehidupan yang lebih matang, di mana masa depan tidak lagi dilihat dengan ambisi besar atau harapan yang muluk-muluk. Dengan usia yang hampir menginjak kepala enam, ia lebih memilih untuk fokus pada kebahagiaan dan kedamaian hati. Selama perjalanan hidup yang penuh liku, dari masa kecil yang penuh tantangan hingga perjuangan di dunia musik dan bisnis, Irham telah menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada pencapaian besar atau materi, melainkan pada bagaimana menjalani hidup dengan penuh rasa syukur dan kepuasan dalam hal-hal sederhana.
Fikri tidak lagi terlalu memikirkan masa depan yang jauh, tetapi lebih menghargai setiap momen yang ia jalani saat ini. Bagi Irham, yang terpenting adalah hidup dengan tenang, dikelilingi orang-orang yang dicintai, dan menikmati hari-hari dengan melakukan hal-hal yang membuat hati senang. Dalam setiap langkahnya, ia belajar bahwa kebahagiaan datang dari dalam diri, dan itu lebih bernilai daripada segala pencapaian duniawi.
Demikianlah biografi lengkap tentang Irham Fikri, seorang pebisnis yang telah menjadikan musik sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupannya. Melalui ketekunan, kecintaan pada karya seni, dan komitmennya untuk mempertahankan rilisan fisik, fikri telah menunjukkan bahwa passion dan usaha yang tulus dapat menghasilkan sesuatu yang berharga, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H