Mohon tunggu...
Febrilia Akika Sari
Febrilia Akika Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Hello, how are you doing today? Hope you are doing well.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Suka Mencuri Meski Mampu Membeli, Kenali Gejala Kleptomania

18 Agustus 2022   10:01 Diperbarui: 18 Agustus 2022   10:17 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2022/08/16/1463038/670x335/6-fakta-sosok-mariana-ahong-ibu-ibu-viral-pakai-mercy-yang-curi-coklat-di-alfamart.jpg

Saat ini sedang viral di dunia maya mengenai kasus seorang ibu pengendara mercy yang ketahuan mencuri coklat di salah satu retail Alfamart. Insiden ini diketahui oleh seorang karyawati alfamart tersebut. Kini kasusnya ramai menjadi sorotan publik lantaran dirinya tidak terima hasil rekaman amatir yang dilakukan oleh karyawati Alfamart diunggah di sosial media setelah dia membayar denda yang diberikan oleh karyawati itu. Dan mengancam akan menuntut karyawati tersebut.

Namun, jika kita menilik ke belakang mengenai background dari si Ibu, Ibu ini bukan berasal dari golongan tidak mampu, hal ini terlihat dari mobil yang dikendarainya, mercy. Yang lebih membuat netizen geleng-geleng kepala ternyata si ibu juga memiliki sebuah konter di Kawasan BSD tangerang. Banyak netizen menduga bahwa ibu ini memiliki gangguan mental yang disebut kleptomania.

Lalu Apa sih yang dimaksud kleptomania?

Kleptomania sendiri berasal dari dua kata, yakni "klepto" yang berarti mencuri sedangkan "mania" berarti kegilaan. Secara Bahasa kleptomania dapat diartikan sebagai kegilaan dalam kegiatan mencuri. Korzeniowski menganggap kleptomania ini sebagai manifestasi patologis tertentu.

Istilah kleptomania sendiri berasal klopemanie yang diperkenalkan oleh Andre Matthey pada tahun 1816. Matthey menggunakan istilah klopemanie untuk mendiskusikan seseorang yang secara impulsif mencuri suatu barang. Lalu pada tahun 1838 istilah ini kemudian berkembang menjadi kleptomanie berdasarkan dari gagasan dua orang psikiater asal Perancis, yakni Jean-Etienne Dominique Esquirol dan Charles C. Henri Marc. Esquirol dan Marc menggunakan istilah kleptomanie untuk mendeskripsikan perilaku mencuri yang tidak disengaja dan tidak tertahankan. Hal itu lantaran, keinginan mencuri yang dialami oleh para penderita seringkali muncul secara impulsif dan sulit sekali untuk dikendalikan. Jadi para penderita merasa seperti dipaksa untuk mencuri karena penyakit mental ini.

Kleptomania ini termasuk dalam kelompok gangguan kebiasaan dan impuls. Hal ini didasarkan pada Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) -- III. Kleptomania ini juga memiliki dampak psikologis seperti terjadinya penurunan kualitas hidup dan mendapatkan konsekuensi hukum.

Seperti halnya yang dialami oleh Ibu pengendara Mercy ini, beliau merasa sangat dirugikan akan videonya terpergok mencuri coklat yang tersebar luas. Ibu ini harus membayar denda yang diberikan oleh karyawati Alfamart dan menanggung malu. Karena videonya sudah tersebar luas, dan dirinya bahkan menjadi bulan-bulanan oleh warganet. Belum lagi banyak warganet yang memberikan review buruk pada google maps mengenai tokonya. Hal ini jelas akan memberikan dampak jangka panjang bagi Ibu pengendara Mercy.

 

Gejala Klinis Kleptomania

Pada umumnya penderita kleptomania akan melakukan pencurian secara berulang dan kesulitan untuk mengendalikan keinginan tersebut. Para penderita juga akan mengalami peningkatan ketegangan sebelum melakukan pencurian dan merasakan kesenangan, gratifikasi, atau keringanan pada saat melakukan pencurian. Tindakan mencuri yang dilakukan juga tidak didasarkan pada pengekspresian kemarahan, atau delusi, melainkan tidak tertahankannya dorongan untuk mencuri.

Para penderita kleptomania tidak melakukan pencurian untuk digunakan secara pribadi ataupun mencari keuntungan secara materil. Karena biasanya setelah aksi pencurian, para penderita akan membuang barang tersebut, memberikannya pada orang lain, hanya sekedar ditimbun, atau bahkan akan dikembalikan lagi pada pemiliknya secara diam-diam. Barang-barang yang diambil ini umumnya tidak memiliki nilai materiil yang tinggi dan cenderung tidak berguna. Lalu kenapa mereka mengambil barang yang tidak berguna? Hal ini terjadi karena rasa ingin yang tidak terkendali dan tentunya perasaan ingin ini muncul secara impulsif tanpa direncanakan. Hal inilah yang kemudian menjadi pembeda antara para penderita kleptomania dengan para pencuri "biasa" yang mencuri untuk kepentingan diri sendiri.

Faktor Penyebab Kleptomania

Sampai saat ini belum diketahui jelas apa yang menjadi penyebab dari gangguan kebiasaan ini. Beberapa teori muncul untuk menjelaskan mengenai penyebab terjadinya kleptomania. Pada teori psikoanalitik gangguan kebiasaan kleptomania ini terjadi akibat adanya trauma masa lalu, dan penderita melakukan pencurian sebagai simbol atas hilangnya masa kecil. Sedangkan pada teori psikoseksual, kleptomania dihubungkan dengan represi dan supresi seksual. Tidak menutup kemungkinan episode kleptomania muncul dalam intensitas yang lebih sering. Maka dari itu untuk mengatasi gangguan kebiasaan ini sangat diperlukan bantuan dari tenaga ahli seperti psikiater atau psikolog.

Penyembuhan Kleptomania

Penyembuhan kleptomania dapat dilakukan melalui terapi farmakologi dan psikoterapi

1. Terapi farmakologi

 

Selective serotonin reuptake inhibitions atau yang biasa dikenal SSRI

Terapi farmakologi merupakan proses terapi dengan bantuan penggunaan obat. Pada kasus kleptomania biasanya digunakan selective serotonin reuptake inhibitions atau yang biasa dikenal SSRI. SRRI ini merupakan golongan obat antidepresan yang bertugas untuk meningkatkan level serotonin di otak. Serotonin sendiri memiliki peran untuk memperbaiki mood, meningkatkan nafsu makan dan membantu regulasi siklus sirkadian tubuh. Namun sayang sekali, sampai saat ini belum ada studi lanjutan mengenai efektivitas dari penggunaan obat golongan SSRI pada gejala kleptomania.

Naltrexon

Naltrexon adalah terapi medikasi terhadap adiksi alkohol yang sebelumnya telah disetujui oleh badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA). Para ahli berpandangan bahwa kleptomania memiliki kesamaan gejala dengan adiksi alkohol, sehingga terdapat dugaan bahwa pemberian naltrexon ini dapat mengurai adiksi penderita kleptomania terhadap mencuri. Pemberian naltrexon ini bekerja dengan cara menghambat pelepasan dopamine pusat yang dimediasi oleh opioid untuk kemudian dapat mengurangi adiksi terhadap kegiatan mencuri yang dialami oleh para penderita.

2. Psikoterapi

Selain penggunaan obat-obatan, penderita kleptomania juga memerlukan terapi secara psikoterapi. Dalam terapi ini, psikiater akan mencoba menggali informasi mengenai penyebab terjadinya pencurian pada penderita dan psikiater akan membantu penderita untuk melepaskan stressnya. Psikoterapi ini bertujuan untuk mengubah persepsi penderita terhadap tindakan mencuri dan mengalihkan minat ke hal lain. Psikiater akan memberikan stimulus yang menginduksi emosi tidak menyenangkan terhadap perilaku mencuri ketika pendetita mengalami keinginan.

Selain melalui dua terapi diatas peran lingkungan juga sangat mempengaruhi proses penyembuhan gangguan kebiasaan ini. Lingkungan yang supportif akan turut membantu mempercepat proses penyembuhan.

Reference 

Sipowicz, Justyna., dan Ryszard Kujawski. (2018). Psychiatr. Pol. Kleptomania Or Common Theft -- Diagnostic and Judical Difficulties. 52 (1): 81-92. Diakses pada http://www.psychiatriapolska.pl/uploads/images/PP_1_2018/ENGver81Sipowicz_PsychiatrPol2018v52i1.pdf

Grant, Jon E. (2006). Psychiatry Relat Sci. Understanding and Treating Kleptomania: New Models and New Treatments. 43(2): 81-87. Diakses pada https://cdn.doctorsonly.co.il/2011/12/2006_2_3.pdf

Levani, yelvi., dkk. (2019). Magna Medika. Kleptomania: Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi. 6(1): 31 -- 37. Diakses pada https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/APKKM/article/view/5107/4497

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun