Mohon tunggu...
Febri Arista Rahadian Putra
Febri Arista Rahadian Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya lahir tanggal 24 February 2000 yang merupakan mahasiswa sarjana lulusan pada tahun 2022 dari Institut Teknologi Telkom Purwokerto sekarang sedang melanjutkan studi pascasarjana di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pelestarian Warisan: Promosi Budaya melalui Sistem Informasi Manajemen (MIS) dalam Pariwisata Pedesaan

17 Oktober 2023   08:50 Diperbarui: 17 Oktober 2023   09:03 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fokus pada keberlanjutan jangka panjang dalam konservasi warisan budaya bukan hanya tentang melestarikan warisan budaya untuk saat ini, namun memastikan warisan tersebut bertahan untuk generasi yang akan datang. Sistem Informasi Manajemen (MIS) memainkan peran penting dalam membimbing daerah pedesaan menuju praktik pariwisata budaya berkelanjutan, yang penting untuk pelestarian dan promosi warisan mereka secara berkelanjutan.

Keberlanjutan dalam konteks ini berarti menyeimbangkan manfaat ekonomi dari wisata budaya dengan pelestarian identitas budaya dan sumber daya alam. MIS membekali masyarakat dengan alat dan data yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan yang tepat guna menjaga integritas warisan budaya mereka.

Salah satu cara utama MIS berkontribusi terhadap keberlanjutan adalah dengan memberikan wawasan mengenai daya dukung. Dengan menganalisis data pengunjung, masyarakat dapat memahami jumlah wisatawan yang dapat didukung oleh wilayah mereka tanpa menyebabkan kerusakan pada lingkungan atau situs budaya. Pendekatan berbasis data ini membantu mencegah pariwisata berlebihan, memastikan bahwa kawasan tersebut tetap ramah lingkungan dan budaya.

MIS juga dapat membantu mengembangkan praktik berkelanjutan dalam mengelola sumber daya. Baik itu penggunaan air, pengelolaan limbah, atau konsumsi energi, wawasan berbasis data dapat memandu masyarakat dalam menerapkan praktik ramah lingkungan yang selaras dengan tujuan pelestarian warisan budaya mereka.

Selain itu, MIS membantu masyarakat mendiversifikasi penawaran wisata budaya mereka. Dengan mengidentifikasi aspek-aspek budaya yang kurang dimanfaatkan, masyarakat dapat memperluas daya tarik dan pengalaman mereka, sehingga mengurangi beban pada aspek apa pun dari warisan budaya mereka.

Keberlanjutan jangka panjang adalah komponen penting dalam konservasi warisan budaya, dan MIS adalah kunci dalam mencapai tujuan ini. Hal ini memberdayakan daerah pedesaan untuk membuat keputusan yang terinformasi dan berpikiran maju yang melindungi budaya dan lingkungan mereka sambil memperoleh manfaat dari pariwisata budaya.

Intinya, MIS adalah kompas yang memandu daerah pedesaan menuju masa depan di mana warisan mereka dilestarikan, dirayakan, dan dinikmati untuk generasi mendatang, memastikan bahwa budaya tetap menjadi sumber kebanggaan dan pendorong kesejahteraan ekonomi dan masyarakat.

Promosi budaya melalui Sistem Informasi Manajemen (SIM) menghasilkan serangkaian pertimbangan etis yang harus menjadi prioritas dalam setiap inisiatif pelestarian budaya dan pariwisata. Meskipun teknologi menawarkan sarana untuk merayakan dan berbagi budaya, hal itu harus dilakukan dengan rasa hormat, tanggung jawab, dan komitmen yang kuat terhadap pedoman etika.

Yang pertama dan terpenting, menghormati adat istiadat setempat adalah hal yang terpenting. Masyarakat mempunyai cara hidup, ritual, dan tradisi yang unik. Ketika mempromosikan budaya melalui MIS, penting untuk melakukannya dengan kepekaan terhadap nilai-nilai dan norma-norma masyarakat setempat. Ini soal memberi komunitas hak untuk mengatur bagaimana budaya mereka digambarkan dan dibagikan.

Memperoleh izin yang tepat merupakan persyaratan etika yang mendasar. Komunitas harus mempunyai keputusan akhir mengenai bagaimana konten budaya mereka dipamerkan dan dibagikan. Persetujuan adalah kuncinya, dan segala penggunaan materi budaya, baik dalam bentuk gambar, video, atau cerita, hanya boleh dilakukan jika ada persetujuan yang jelas dan terinformasi dari masyarakat.

Pembagian keuntungan yang adil merupakan inti pertimbangan etis. Ketika pariwisata membawa peluang ekonomi bagi masyarakat, manfaat tersebut harus didistribusikan secara adil dan transparan. Penduduk lokal, pengrajin, dan praktisi budaya harus mendapatkan manfaat langsung dari industri pariwisata yang berkaitan dengan warisan budaya mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun