Mohon tunggu...
febri setiawan
febri setiawan Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa PPG Prajabatan Gel 1

Saya suka menulis tentang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia di Abad-21

22 Januari 2023   08:07 Diperbarui: 22 Januari 2023   08:10 5396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pancasila sebagai entitas bangsa Indonesia memiliki makna bahwa Pancasila adalah suatu gagasan yang berbeda dari gagasan lainnya karena merupakan pemikiran yang dikemukakan oleh bangsa Indonesia yang menjadi jati diri bangsa Indonesia. Entitas menjadi sesuatu yang memiliki keberadaan yang unik dan berbeda, walaupun tidak harus dalam bentuk fisik. 

Pancasila sebagai identitas nasional yang menjadi kepribadian bangsa dapat mendorong bangsa Indonesia agar tetap berjalan seiring dengan perkembangan arus globalisasi sehingga sebagai masyarakat bisa lebih bijak dalam menghadapi tantangan dan juga peluang yang ada bagi bangsa Indonesia. Alasan Pancasila sebagai identitas nasional karena bangsa Indonesia mempunyai sejarah dan prinsip yang berbeda dengan bangsa-bangsa di negara lain. 

Prinsip dasar filsafat dijadikan sebagai asas filsafat hidup berbangsa dan bernegara yang berupa Pancasila yang dapat dijadikan sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia yang bersumber pada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh Indonesia sebagai kepribadian atau identitas bangsa. 

Pancasila juga dijadikan sebagai dasar hukum dan pandangan hidup bagi masyarakat. Pancasila sebagai identitas nasional harus tetap dijaga agar tetap utuh, maka bangsa Indonesia perlu mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Tantangan menghayati Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia 

Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa memiliki lima sila yang menjadi dasar negara. Untuk itu sebagai dasar negara maka Pancasila menjadi ruh dalam setiap langkah pembangunan yang dilakukan, secara khusus pembangunan dalam bidang Pendidikan yang terdapat pada masyarakat Indonesia yang multi budaya, bahasa, agama, keyakinan, etnis, suku dan kearifan lokal. 

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam upaya melestarikan keragaman di Indonesia, menjaga kesatuan, memelihara keharmonisan, dan mengembangkan kualitas ke-Indonesiaan.

Adapun tantangan dalam menghayati Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia antara lain: Pertama adanya perubahan mindset guru. Pada perubahan mindset guru ini, dibutuhkan guru yang terbuka dengan pembaharuan, dinamis serta adatif terhadap tuntunan peradaban. 

Kedua, sikap birokrasi Pendidikan yang cenderung berfikir praktis. Kebijakan dalam birokrasi pendidikan dituntut selaras dengan tujuan yang ingin diwujudkan, sehingga kebijakan yang diambil harus mendukung kearah terwujudnya Profil Pelajar Pancasila. 

Ketiga, kondisi rendahnya karakter peserta didik. Rendahnya nilai karakter yang terjadi pada peserta didik di Indonesia, yang sering dilihat yakni adanya perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan narkoba, pelecehan seksual dan perundungan (bullying). Pada pergaulan yang terjadi pada peserta didik sekolah menjadi salah satu bukti bahwa mereka tidak siap dengan adanya perubahan zaman. 

Kesiapan mental orang tua peserta didik diperlukan dalam menyiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan pada Abad ke-21. Namun tantangan akan selalu ada dan perlu dianalisis secara mendalam dengan landasan ketuhanan, keikhlasan, dan nasionalisme keindonesiaan yang diterapkan oleh semua komponen. 

Keempat, dalam proses pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami materi pelajaran, guru dapat melakukan penilaian, pada penilaian dalam proses pembelajaran terdapat tiga ranah aspek yang dinilai yaitu tiga ranah kognitif, sikap dan keterampilan. Hal ini menuntut guru untuk berlaku adil kepada peserta didik dengan melihat kemampuan yang sebenarnya pada peserta didik. 

Kelima, proses penghayatan dan perwujudan profil pelajara Pancasila pada satuan pendidikan belum dapat tercapai secara menyeluruh karena pada beberapa sekolah belum menerapkan kurikulum merdeka sebagai pembaharuan secara nasional sehingga secara implisit implementasi terkait profil pelajar Pancasila belum dapat diterapkan secara maksimal. 

Perkembangan zaman dan arus globalisasi menjadi salah satu tantangan terberat terkait eksistensi profil pelajar Pancasila sebagai tameng dan ruh identitas dan entinitas bangsa yang berbudi luhur.

Perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 

Profil pelajar Pancasila merupakan cara untuk mewujudkan peserta didik sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pada Abad ke-21 ditandai dengan berkembangnya proses berkembangnya teknologi digital dalam kehidupan. Proses tersebut sudah menyentuh hampir semua sektor kehidupan bangsa secara khusus sektor pendidikan. 

Pada pendidikan Abad ke-21 yang berpihak pada ekosistem kelas yakni pembelajaran lebih menciptakan lingkungan belajar berpihak untuk peserta didik, yakni guru membuat kelas menjadi lebih banyak interaksi, memberikan perhatian yang sama ke semua siswa, memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, memberikan dukungan pada peserta didik, menggunakan media pembelajaran dan praktik di kelas, dan masih banyak lagi menciptakan suasana belajar sesuai dengan Abad ke-21.

Perwujudan Profil pelajar Pancasila pada Abad ke-21 di sekolah melalui pendidikan yang berpihak kepada peserta didik atau kodrat anak serta pendidikan yang dilaksanakan sesuai dengan perkembangan zaman dengan tetap berlandasakan pada nilai-nilai Pancasila. Hal ini sesuai dengan pemikiran dari Ki Hadjar Dewantara dengan fokus pada memerdekakan belajar pada peserta didik. 

Pendidikan berdasarkan pemikiran dari Ki Hadjar Dewantara selalu menekankan pada kebutuhan, dan karakteristik anak, karena masing-masing anak adalah unik dengan segala kelebihannya. 

Selain itu, juga diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, sebagai guru diharapkan dapat menuntun peserta didik dalam pembentukan karakter dan menggapai tujuan belajarnya. 

Profil Pelajar Pancasila memiliki karakter dan kemampuan yang dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu peserta didik melalui budaya satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, projek penguatan Profil Pelajar Pancasila, maupun ekstrakurikuler.

Aspek-aspek dalam Profil Pelajar Pancasila tersebut antara lain peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Peserta didik senantiasa berpikir dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan sebagai panduan untuk memilah dan memilih hal-hal yang baik dan benar, serta menjaga integritas dan keadilan. 

Peserta didik berpikir dan bersikap terbuka terhadap kemajemukan dan perbedaan, serta secara aktif berkontribusi pada peningkatan kualitas kehidupan manusia sebagai bagian dari warga Indonesia dan dunia. 

Peserta didik memiliki identitas diri selaku representasi budaya luhur bangsa, menghargai dan melestarikan budayanya, dan berinteraksi dengan berbagai budaya lainnya, peduli pada lingkungannya serta menjadikan kemajemukan yang ada sebagai kekuatan untuk hidup bergotong royong. Peserta didik yang mandiri dan berinisiatif untuk mempelajari hal-hal baru, serta gigih dalam mencapai tujuannya. 

Peserta didik mampu bernalar secara kritis dan kreatif serta mampu menganalisis masalah menggunakan kaidah berpikir saintifik dan mengaplikasikan alternatif solusi secara inovatif. 

Peserta didik aktif mencari cara untuk senantiasa meningkatkan kapasitas diri dan bersikap reflektif agar dapat terus mengembangkan diri dan berkontribusi kepada bangsa, negara, dan dunia. Adapun enam aspek dalam Profil Pelajar Pancasila, yaitu berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. 

Dari keenam elemen tersebut dilihat sebagai satu kesatuan yang saling mendukung dan berkesinambungan satu sama lain. Keenam elemen tersebut juga menunjukkan bahwa Profil Pelajar Pancasila tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif, tetapi juga sikap dan perilaku sesuai jati diri sebagai bangsa Indonesia sekaligus warga dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun