Mataku terbelalak, aku tertegun diam dalam lamunan kesurupan, jantungku memompa kencang.
Seorang wanita berseragam SMA, lusuh penuh darah, wajahnya pucat, seakan tidak suka dengan diriku disana, aku tidak bisa berteriak, ketika dia duduk di bangku kelasku, aku melihatnya, tanganku mencengkeram leherku kuat, berusaha untuk bernafas pelan.
Senyumnya bengis, tatapan matanya penuh kebencian, aku semakin gelap, terkulai lemas, dan kemudian tidak sadarkan diri.
Keramaian pagi hari
Jum,at, suasana ramai dan padat murid sekolah, aku tergeletak di dalam kelas dalam kondisi wajah yang panik, satu persatu memutariku, memberikan air minum dan bertanya dengan perlahan.
"Kamu ngapain tidur di sini Tom?"
Angga, temanku yang pertama memanggil namaku, penuh heran dan tanya, mengangkatku ke atas kursi dan mengusap lututku, memanggil guru yang datang dengan tergesa.
"Saya tertidur sampai malam di sini!"
Guruku menatapku, berkata apa aku berbohong? Aku menggelengkan kepalaku, kulihat dia mengeluarkan handphonenya menelepon orang tuaku, meminta agar diriku dijemput.
Suasana panik dan  haru, ketika orang tuaku memelukku erat, mereka mencariku semalaman, karena aku yang tidak bisa menghubungi mereka, sifat diamku menjadi satu alasan mengapa orang tuaku membawa segera pergi, mengeluarkanku dari sekolah dengan cat dinding berwarna biru tersebut.
3 hari kemudian aku kembali masuk sekolah, dengan wajah yang sudah penuh langkah ceria, guru bersedia untuk menutup cerita memalukan itu, bahkan teman kelasku sudah sepakat tidak akan membahasnya lagi.