Sang suami yang tidak terinfeksi mengirimkan alat pompa ASI ke ruang isolasi. Namun pada akhirnya alat pompa ASI tersebut tidak pernah digunakan karena sang ibu meninggal dunia dua hari kemudian. Miris.
Walaupun lebih banyak duka, namun ada pula rasa suka dan cinta. Ya, perasaan bahagia itu muncul ketika pasien mulai bisa melepas selang oksigen dan kondisinya berangsur pulih. Hingga beberapa hari setelahnya pasien tersebut akhirnya sembuh dan mengucapkan kata terima kasih dengan wajah yang cerah dan tulus.
Percayalah, tidak ada tenaga kesehatan yang benar-benar diuntungkan dengan adanya pandemi. Sedih rasanya jika masih ada yang suka suuzon dengan mereka.Â
Rasanya ingin menantang, "Yuk, ikut saya ke ruang isolasi. Lihatlah penderitaan pasien Covid-19 yang hanya bisa terbaring lemah dengan sepuluh selang medis melingkar di sekelilingnya. Lihatlah bagaimana teman-teman saya berjuang untuk menekan angka kematian."
Perlu dicamkan, pandemi bukanlah penyakit individu, melainkan penyakit komunitas.Â
So, kita harus saling percaya dan bekerja sama. Bukan saling menjatuhkan dan berprasangka.Â
Mari kita bersama-sama mendoakan saudara-saudara kita yang telah gugur dan juga yang masih melanjutkan kehidupan walaupun tertatih, semoga selalu aman dan berada dalam lindungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H