Mohon tunggu...
Febby Litta
Febby Litta Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Dreamer

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber] Bulan Baru, Awal Baru

28 November 2015   01:19 Diperbarui: 28 November 2015   12:03 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Iya Ibu...” sahut mereka lalu satu-satu mencium tangannya.

Dada Rheinara menghangat melihat mereka. Mungkin ini yang dimaksud mamanya dulu. Tentang perasaan bahagia karena dicintai dan diterima sepenuh hati. Di tempat ini dia mendapatkan semuanya, di sebuah panti asuhan yang terletak jauh dari hiruk pikuk kota. Tempat dia menenangkan diri dan kemudian memilih mengabdikan diri setelah kejadian demi kejadian mengerikan yang dialaminya.

***

Masih terekam jelas diingatan Rhein kejadian 2 tahun lalu. Kejadian di sebuah rumah sakit jiwa yang menghebohkan. Dua orang lelaki meninggal di hari yang sama. Yang semuanya berkaitan dengannya. Media-media mengira kedua lelaki itu meninggal karena memperebutkannya. Cinta segitiga yang membawa bencana, begitu kata mereka.

Ran dan James. Dua lelaki itu, meninggal dengan cara yang sama yaitu ditembus oleh timah panas. Ran dibunuh oleh James yang saat itu menyamar menjadi dr. Jalal. Lalu James sendiri, meninggal karena timah panas yang ditembakkan oleh polisi tepat sebelum dia melakukan hal yang sama kepada Rhein.

Terkadang Rhein masih sakit kepala jika mengingat kejadian itu.Tidak pernah terbayangkan olehnya akan memiliki kisah hidup yang begitu rumit, tragis dan menyedihkan.

Mimpinya adalah memiliki keluarga kecil yang bahagia, mengingat masa kecilnya yang tidak bisa dibilang menyenangkan. Bertemu dengan Gie, membuatnya yakin bahwa impiannya akan terwujud. Dia merasa dicintai dan diterima. Seperti kata Mamanya dulu, akhirnya dia menemukan orang yang mencintai dan menerimanya sepenuh hati. Berjuang bersama, dalam pekerjaan, dalam kehidupan. Berbagi suka dan duka bersama, saling mendukung dan mendorong.

Tapi ternyata dia salah, Gie-nya berkhianat. Menyakitkan karena Gie tergoda bukan oleh perempuan lain tapi oleh laki-laki lain. Betapa hancur hidupnya dia rasa. Lelaki yang dicintainya bukan hanya pergi tapi juga berusaha membunuhnya. Rhein tak pernah menyangka, tak sedikitpun terbersit dipikirannya.

Rhein harus menjalani perawatan intensif setelah kejadian yang menimpanya. Menghilangkan halusinasi yang selama ini dia alami dengan terapi-terapi yang melelahkan. Berdamai dengan kesakitan-kesakitannya dan masa lalunya yang buruk. Di awal-awal perawatan beberapa kali Rhein berusaha bunuh diri. Tidak ada lagi keinginannya untuk hidup, tak lagi dimilikinya mimpi, tak ada lagi rasa percaya kepada orang lain.

Namun, harapan hidupnya kembali tumbuh karena suster Wati. Seorang suster paruh baya yang sudah hampir pensiun, yang tanpa lelah menyemangatinya. Bukan sekedar dengan kata-kata sok bijak tapi juga dengan perhatian tulusnya. Suster Wati merawatnya tidak seperti pasien pada umumnya tetapi lebih seperti anaknya sendiri. Mengajaknya bercerita tentang dunia , tentang hal-hal yang sederhana namun indah sambil menyisir rambutnya.

Tak jarang suster Wati membawakan masakan hasil olahannya sendiri agar Rhein makan lebih banyak. Ketulusan suster Wati mampu menggerakkan hatinya kembali. Hingga kemudian suster Wati pensiun dan mengajak Rhein yang sudah boleh keluar dari rumah sakit untuk ikut dengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun