"Besok aja," katanya acuh tak acuh.
Aku mengangguk sedih dan mulai berdiri.
"Besok kamu masih kerja, kan?" tanyanya menghentikan langkahku.
"Iya, Bu," balasku lirih nyaris tak keluar. Aku langsung pergi di bawah langit sore yang meredup.
Mengapa? Setelah berharap begitu besar, mengapa aku tidak mendapatkannya? Aku benar-benar kecewa, mengapa namaku tidak ada? Aku menarik nafas dalam-dalam dan mencoba menenangkan hatiku. Mataku panas dan berkaca-kaca.
Saat di rumah, aku langsung menangis dalam diam. Aku lupa bahwa aku tengah berpuasa, tapi saat itu aku hanya ingin melampiaskan kesedihanku.
Besok. Besok pasti aku akan mendapatkan gaji pertamaku.
***
Keesokan harinya, aku dengan semangat pergi bekerja lagi. Saat absen, aku menemui ADM itu dan bertanya. "Bu, kira-kira kapan gajiku?"
Dia menatapku dan menjawab datar. "Nanti ya."
Menekan kekecewaan di hatiku, aku tersenyum dan mengangguk dan pergi. Aku tidak tahu kapan 'nanti' yang dia maksud. Aku mencoba sabar dan menunggu.