Mohon tunggu...
Arif Hidayat
Arif Hidayat Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Tebal

14 Juli 2017   14:26 Diperbarui: 14 Juli 2017   14:32 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aaah, manalah mungkin kawan hebat-mu itu datang Mas. Mana mungkin dia membaca bukunya di perhelatan. Apalagi di tempat kemalangan." Jon yang meringkuk berselimut kain sarung di sudut pos tergelak.

"Pantas kau tak beranjak dari kampung, buyung! Kau tahu, sarjana itu mesti dipanggil, diundang, kalau tidak mana mungkin datang?" tukas Lano.

"Kalaupun ia datang, jangan kau harap ia ikut manatiang7! Mana mungkin sarjana manatiang?" Roman tak mau kalah. Rokok yang tadi di atas daun telinga Lano sudah berasap-asap di mulutnya.

Gelak tawa memecah keheningan malam. Pos ronda hidup sejadi-jadinya.

Imas diam menatap gulita malam. Hanya sungging senyuman yang ia persembahkan pada kelakar liar yang makin lama makin meraja lela. Ah, habislah daging si Saman dimakan8 oleh gerombolan barau-barau9 ini.

Imas tahu mengapa Saman tidak pernah muncul. Sangat tahu. Yang tak ia ketahui adalah kapan Saman akan muncul. Saman tidak jauh. Ia dan buku-bukunya berada di rumah megah di seberang surau, hanya dua ratus meter dari pos ini. Namun, mungkin saja Saman tidak akan pernah muncul.

Imas juga tahu, andai Saman hendak muncul, ia mesti bertebal muka. Ya, tak peduli setebal apapun buku di tangan, di nagari ini muka Saman hendaklah lebih tebal.

Paninjauan, 1 Juni 2017

1Pukulan

2Rangakaian formal tata bahasa dan tata laksana adat verbal di Ranah Minang, menggunakan bahasa halus yang sarat dengan perumpamaan dan nilai-nilai akhlak dan budaya. Berkebalikan dengan bahasa Pasa(Pasar) yang dipakai keseharian, Pasambahan dan Panitahan semakin terkikis oleh zaman.

3Berbicara dalam bahasa pasambahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun