“aku tidak tahu. Aku tidak ingat semua kejadian itu. Tapi aku merasakannya.”
“kau orang yang cepat melupakan.”
“aku tidak melupakan. Aku sangat mencintainya. Namun saja, aku terlalu terluka sehingga semua hilang dengan sendirinya.”
“akupun ingin seperti itu. Aku sudah terluka, sangat terluka. Tapi lihatlah, aku tetap ketempat ini untuk mencarinya.”
“kau terlalu banyak berfikir.”
“apakah seperti itu?”
Rani mengangguk.
Arie terdiam cukup lama. Betapa sebuah perasaan yang terlanjur larut membuat semuanya tidak akan mungkin terpisah lagi. Arie meraih cappuccino panas milik Rani, kemudian menyeduhnya walaupun masih sangat panas. Rani tertawa terbahak melihat ekspresi wajah Arie yang kepanasan. Arie sadar, bahwa seluruhnya butuh perjuangan. Apakah akhirnya, itulah rasa dari cappuccino yang melalui kerongkongan Arie.
Keduanya terdiam, saling bertatapan mata. Dalam hati mereka bertanya, apa yang terjadi?
—
Tahukah kalian bahwa setiap air memiliki siklus? Aku sudah bilang, aku tidak akan pernah benar-benar lenyap. Ketika tertumpah, aku ingat wajah pria yang menjatuhkanku itu. Dia pria yang sama yang meninggalkan Rani, pria itu kembali mungkin mengejar Rani. Sayang, aku tidak melihat apa yang terjadi setelahnya.