Mohon tunggu...
Fahrizal A.Z Mursalin
Fahrizal A.Z Mursalin Mohon Tunggu... -

Little boy, who desperately want to make books. Mmm, Like a writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen] Pukul Sebelas Malam di Brenabue

24 Desember 2013   18:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:32 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“John orang yang baik.” Seorang dari meja sebelahku bersuara. Aku memerhatikan. Oh, itu Merry. Seorang pelayan yang hari itu aku sapa. Ia sibuk merapihkan gelas-gelas kotor di sana.

“ya, dia tampan.” Gumamku sambil memainkan sebuah sendok di depanku.

Merry mendesis, aku mendengarnya. “mengapa kau melakukan itu?” ia menaruh sebuah ember kecil yang berisi beberapa gelas kotor di mejaku, lalu duduk di hadapanku.

“entah, aku terbawa suasana.” Aku memerhatikan beberapa orang yang berjalan keluar dari tempat ini.

“bukan itu. Mengapa kau mengenakan itu?” ia menunjuk rambutku. “aku tahu itu tidak seharusnya berada di sana.”

Aku tersentak. Bagaimana ia bisa tahu? “kau tahu?” aku melihat keekitar. Sepertinya sudah mulai sepi.

“tentu saja. Aku sedang tidak mabuk. Jadi aku tahu jika kau bukan,..”

“aku melakukannya karena, aku tidak ingin kehilangan dirinya.” ucapku sambil menyingkah rambut yang berada di atas kepalaku lalu menaruhnya di atas meja.

“aku tahu hidup memang tidak adil. Mungkin kau harus menrima semuanya, rasa sakit itu terutama.” Ia memberiku sebuah kain bersih. “gunakan ini untuk membersihkan wajahmu.” Aku meraihnya dengan ragu. “tapi mengubah dirimu, sepertinya bukan pilihannya.”

Aku melihat Merry mengisaratkan agar aku segera membirsihkan wajahku dengan kain yang baru saja ia berikan. Perlahan-lahan aku mulai meraba wajahku dengan kain tersebut. Aku merasa semuanya terangkat, menempel pada kain itu. “aku tidak tahu apa yang sedang aku lakukan.” Aku meletakkan kain itu di atas meja juga, penuh dengan warna. Aku melihat ke sekitar sekali lagi, memastikan agar tak ada satupun orang yang melihatku.

“tentu saja kau tahu.” Merry terseyum padaku. “ohiya. Aku sepertinya punya janji  bercerita denganmu. Ini sedang jam istirahat. Sepertinya, aku bisa bercerita sekarang.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun