Mohon tunggu...
Fahrizal A.Z Mursalin
Fahrizal A.Z Mursalin Mohon Tunggu... -

Little boy, who desperately want to make books. Mmm, Like a writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen] Pukul Sebelas Malam di Brenabue

24 Desember 2013   18:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:32 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“baik. Akan aku upayakan. Terimakasih.”

Aku sedikit terseyum dan mengangguk pelan di hadapannya. Aku bisa merasakan deru nafasnya yang mengpas daguku. Dan mungkin mulai dari sini aku akan semakin terbayang-bayang oleh dua buah rindu yang semakin menghantuiku.

---

Sepuluh hari kemudian, pukul sebelas malam.

“ya,ya aku tahu kau menyembunyikannya di belakan kerah bajumu.” Protesku ketika John berusaha memperlihatkan sulapnya menghilangkan sendok dari lengannya. Tapi bagiku terlalu mudah menebak karena gerakan tangannya yang lambat sehingga aku melihat ketika ia menyembunyikannya di balik bajunya.

“tidak. Lihat, tidak ada apa-apa disini.”

“baiklah.”

Ia tertawa seakan-akan puas karena berhasil tentang sulapnya terhadapku.

Hari kesepuluh aku berkencan dengannya. Aku merasa sudah sangat bosan. Ia sama sekali tidak menarik bagiku. Lihat saja jika bukan tentang sulap, ia pasti akan bercerita tentang kenangan masa kecilnya ketika jarinya harus terjepit pintu lift untuk menyelamatkan seeokor anjing yang talinya terkait kedalam lift. Itu membuatku sangat bosan. Tidak adakah bahan pembicaraannya yang lain? Aku tahu itu cerita yang menarik, tapi masalahnya, selama sepuluh hari ini ia terus bercerita tentang itu. Aku bosan, aku harus mengaakhiri ini.

Lagipula, ia bukan lelaki penepat janji seperti yang aku harapkan. Aku sudah menyuruhnya untuk berhenti mabuk sejak pertama kali kita bertemu. Tapi sampai saat ini ia masih melakukannya. Sudah hampir lima gelas ia habiskan malam ini. Dan satu gelas lagi di hadapanku, masih stengah terisi. Aku benci pada pria yang tidak bisa menepati janjinya. Menepati sesuatu yang telah ia katakan sendiri. Apa jadinya nanti aku jika terus bersamanya? Mungkin hari-hariku akan terisi dengan suatu kebohongan yang dilakukannya kepadaku, dan aku tak ingin terbuai karenanya. Yah, mungkin hari-hariku nanti akan terisi dengan setiap omong kosongnya jika aku terus seperti ini. Dan tak akan ada orang yang ingin diperlakukan seperti itu. Terutama seorang wanita.

“John.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun