NPWP? Slip gaji? Aku kan pengangguran. Mau dapat dari mana? Jual ginjal? "Maaf, Kak. Saya belum bekerja."
"Gak papa. NPWP aja."
"NPWP juga belum ada," ucap Arjuna dengan nada lirih.
"Kalau begitu, belum bisa daftar BPJS. Bikin NPWP dulu," jawab petugas itu dengan senyum yang kini terasa seperti tamparan.
Arjuna keluar dari kantor BPJS dengan langkah gontai. Arjuna merasa seperti hamster yang berlari dalam roda. Berputar-putar di tempat yang tak ke mana-mana. Mau kerja harus punya SKCK. Mau bikin SKCK harus punya BPJS. Mau punya BPJS harus ada NPWP. Capek, lelah, mendongkol ia. Mau ia berhenti berusaha. Tapi tak bisa. Bisa mati kelaparan ia di kos.
Arjuna tak menyerah. Pantang pulang sebelum dapat kerjaan. Walau cuma jadi tukang parkir, tukang sapu, atau tukang gali kubur. Yang penting halal. "Gayamu...," seperti ada suara ngejek di sudut lain hatinya. Mungkin suara orang-orang yang meremehkan yang tersimpan dalam bawah sadarnya.
Arjuna duduk di warung. Pesan es teh. Tak boleh pesan lain. Duit sekarat. Ia mulai berselancar lagi di internet. Instagram. Sebagai gen Z, ia biasa menggunakan Instagram. Tiktok buat hiburan. Semua cari di situ. Termasuk pacar.
Ia lihat banyak lowongan. Tapi persyaratannya bikin lemas. Bikin patah dirinya. Arjuna semakin frustrasi.Â
***
Di kamar kos Arjuna. Dinding kusam, kasur tipis, kipas angin berderit. Seperti hidup Arjuna, serba kekurangan. Uang tabungan menipis. Perut keroncongan. Tagihan kosan sudah dua bulan belum bayar.
Arjuna merasa tercekik. Hidup menjadi kusut sejak harus cari kerja. Lamaran ditolak. Wawancara gagal. Diri seperti dibola pingpong, dipantulkan ke sana kemari oleh persyaratan birokrasi administrasi. Tak ada yang mau menangkapnya. Termasuk pacar, teman, dan keluarga.