"Betul, Pak," jawab Arjuna dengan suara agak gemetar.
"Syaratnya, bawa fotokopi KTP, KK, akta kelahiran, ijazah, surat keterangan sehat, surat rekomendasi dari RT/RW, surat keterangan belum menikah, pas foto, materai, dan... kartu BPJS," ucap polisi itu panjang lebar.
Arjuna melongo. BPJS Kesehatan? Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Untuk apa bikin SKCK harus punya BPJS? Emang mau operasi plastik? "Maaf, Pak. Saya belum punya BPJS," ucap Arjuna dengan nada memelas.
"Kalau begitu, belum bisa bikin SKCK," jawab polisi itu tegas. Arjuna keluar dari kantor polisi dengan langkah gontai.Â
Mau kerja harus punya SKCK. Mau bikin SKCK harus punya BPJS. "Kampret!" tak tahan Arjuna memaki dalam hati.
BPJS. Empat huruf yang bikin kepala Arjuna makin pusing. Kartu kecil yang jadi syarat mutlak untuk mendapatkan kartu kecil lainnya bernama SKCK. Kartu-kartu lebih dibutuhkan daripada manusia. Sungguh berbahagia kartu-kartu.Â
Arjuna mendatangi kantor BPJS terdekat. Antrean juga, seperti antrian bansos. Arjuna berdoa, semoga ia tidak termasuk golongan penerima bansos. Gak mau ia miskin. Tak kerja boleh, tapi miskin jangan. "Plis, Tuhan....!"
Setelah sejam menunggu, Arjuna akhirnya dipanggil. Seorang petugas dengan senyum ramah menyambut Arjuna. Senyum yang terlatih menyimpan masalah. Tetap tersenyum meski sedang melihat monster.
"Mau daftar BPJS?" tanya petugas itu dengan suara lembut.
"Iya, Kak," jawab Arjuna dengan nada penuh harap.
"Silakan isi formulir ini. Lampirkan fotokopi KTP, KK, akta kelahiran, NPWP, dan..." petugas itu berhenti sejenak, "... slip gaji tiga bulan terakhir jika ada." Arjuna ternganga.