Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melayang di Lautan Ilusi

27 Juli 2024   17:56 Diperbarui: 27 Juli 2024   17:56 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba, seutas tali melingkar di pinggangnya. Akmal ditarik ke atas. Ke permukaan. Ke kenyataan meski di perahu kecil. Seorang nelayan menyelamatkan Akmal. 

Akmal terbatuk-batuk. Air laut keluar dari mulutnya. Dia membuka mata. Wajah cemas si Nelayan tua menatapnya. Akmal terpekur. Tak berani menatap balik. 

"Nak, meski hidup terasa berat kau rasa, terasa sia-sia, jalani saja dulu. Daripada mati sia-sia, itu sudah tertutup kesempatan berubah. Berubah menjadi berarti," katanya dengan keras. Bila tak keras, kata-kata di bawa angin lalu. 

Kata-kata Nelayan Tua berwajah getir cuma itu saja. Dinyalakan mesin perahu, diarahkan ke kapal yang ditumpangi Akmal. Kapal itu juga menuju ke arah mereka. 

Hati Akmal lengang. Namun ada gema suara Nelayan Tua berwajah getir dan gosong dipanggang matahari. Menalu-nalu jantung Akmal.

Dia mulai berpikir. Tentang mimpi-mimpinya yang terlupakan. Tentang keinginannya yang mau berubah.   

Akmal mendapat penglihatan jauh melampaui lautan. Menuju kehidupan lebih baik yang menunggunya di depan. 

Dia menyala spirit. Ia harus jalani saja dulu hidup. Dia harus bangkit, mungkin dengan sedikit atau banyak berjuang. Banyak atau sedikit, tergantung punya modal kuat seperti di dalam game Mobile Legends. Jadi untuk di dunia nyata, ia pun harus begitu. 

Kapal yang ditumpangi Akmal menjemputnya. Mengambil dan menaikkan Akmal ke kapal. Akmal duduk di sudut dek, dikerumuni para penumpang dan awak kapal. Karena penumpang ribut dan riuh bertanya, Akmal dibawa ke ruang lebih aman. Dijauhkan dulu dari kenyataan yang riuh. 

Akmal dikasih handuk dan baju ganti seadanya. Awak kapal tak banyak tanya. Pernah dilatih untuk bersikap empati sama orang depresi. Ia sebenarnya kesal sama-sama orang-orang yang mau bunuh diri. Tapi. Pelatihan yang diterima, mengajarinya mengesampingkan perasaannya dan mengembangkan empatinya pada pelaku. 

Akmal sambil duduk, mengelap rambut dan melepas baju. Ia tak bicara juga. Diam. Tapi, kali ini ada perbedaan. Sudah ada nyala energi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun