Akmal terbatuk-batuk. Air laut keluar dari mulutnya. Dia membuka mata. Wajah cemas si Nelayan tua menatapnya. Akmal terpekur. Tak berani menatap balik.Â
"Nak, meski hidup terasa berat kau rasa, terasa sia-sia, jalani saja dulu. Daripada mati sia-sia, itu sudah tertutup kesempatan berubah. Berubah menjadi berarti," katanya dengan keras. Bila tak keras, kata-kata di bawa angin lalu.Â
Kata-kata Nelayan Tua berwajah getir cuma itu saja. Dinyalakan mesin perahu, diarahkan ke kapal yang ditumpangi Akmal. Kapal itu juga menuju ke arah mereka.Â
Hati Akmal lengang. Namun ada gema suara Nelayan Tua berwajah getir dan gosong dipanggang matahari. Menalu-nalu jantung Akmal.
Dia mulai berpikir. Tentang mimpi-mimpinya yang terlupakan. Tentang keinginannya yang mau berubah. Â Â
Akmal mendapat penglihatan jauh melampaui lautan. Menuju kehidupan lebih baik yang menunggunya di depan.Â
Dia menyala spirit. Ia harus jalani saja dulu hidup. Dia harus bangkit, mungkin dengan sedikit atau banyak berjuang. Banyak atau sedikit, tergantung punya modal kuat seperti di dalam game Mobile Legends. Jadi untuk di dunia nyata, ia pun harus begitu.Â
Kapal yang ditumpangi Akmal menjemputnya. Mengambil dan menaikkan Akmal ke kapal. Akmal duduk di sudut dek, dikerumuni para penumpang dan awak kapal. Karena penumpang ribut dan riuh bertanya, Akmal dibawa ke ruang lebih aman. Dijauhkan dulu dari kenyataan yang riuh.Â
Akmal dikasih handuk dan baju ganti seadanya. Awak kapal tak banyak tanya. Pernah dilatih untuk bersikap empati sama orang depresi. Ia sebenarnya kesal sama-sama orang-orang yang mau bunuh diri. Tapi. Pelatihan yang diterima, mengajarinya mengesampingkan perasaannya dan mengembangkan empatinya pada pelaku.Â
Akmal sambil duduk, mengelap rambut dan melepas baju. Ia tak bicara juga. Diam. Tapi, kali ini ada perbedaan. Sudah ada nyala energi.Â