Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Putri Nikah Siri

29 Januari 2023   18:19 Diperbarui: 1 Februari 2023   22:44 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Maafkan aku Putri jelita, jika penambangan ini telah merontokkan bulu-bulumu. Aku tidak menyadari hal itu. Aku hanya kesatria utusan raja untuk mengawasi jalannya penambangan di sini. Tapi aneh buatku, dulu Raja mengatakan bahwa penambangan ini akan menjadikan penduduknya bersayap emas yang mampu menerbangkan para penduduk. Ternyata tak kusangka, ada penduduknya justru lumpuh sayap. Sungguh sangat kusayangkan.

Untuk menebus semua ini, apa yang bisa kubantu untukmu wahai Putri yang cantik jelita? Aku sungguh ingin membantumu biar tak jatuh lagi air mata mutiaramu."

"Tak perlu engkau bersalah, Tuan. Engkau hanya menjalankan tugasmu. Emas yang dijanjikan Raja tentu diterima penduduk di sini. Hanya saja tidak merata. Setiap pembangunan, selalu bayang permasalahannya adalah ketidakmerataan. Ada tangan-tangan lain yang ingin meraup sendiri emas itu. Emas berlebihan selalu berakibat membutakan. Ayahku meninggal di penambangan ini karena kecerobohannya. Kakakku setelah punya emas di sayapnya, kini tiap malam mabuk dengan arak opolosan, berjudi, dan sabung ayam. Tak dibantunya keluarga. Malah ia selalu menyudutkanku saat aku mulai bersayap mimpi. Ia, keluargaku, orang desa, dan kehilangan ayah, telah memukul sayapku.

Aku telah berikrar dalam diri siapa saja yang membantuku memulihkan sayapku, ia akan kujadikan keluarga."

"Aku bisa membantumu, menjadi keluargamu. Tapi aku telah beristri."

"Tetap kuterima meski istri kedua. Yang tak terima, tentu itu dunia."

Kesatriamu, Arya siap membantumu dan tak berat memenuhi persyaratan Pakdhe. Perjanjian dibuat di atas hitam putih. Tempat tinggal dan biaya pendidikan kuliahmu akan ditanggungnya minimal selama empat tahun. Biaya hidupmu minimal telah diberikan di muka  selama setahun (Kesatriamu sanggup memberi dua tahun sekaligus). Semua dinilaiuangkan dan masuk ke rekening atas namamu. Belum boleh punya anak sampai kau tamat kuliah. Pernikahan siri itu tak perlu diketahui istri pertama Arya, orang desamu, dan tetap disembunyikan jika keadaan tidak memaksa harus mengungkapnya. Segala biaya lain yang muncul akibat status sebagai istri di kemudian hari, harus dipenuhi oleh suami. Sementara kau sebagai konsekuensinya, harus menerima diri layaknya istri simpanan.

Kesatriamu sanggup. Hal kecil baginya urusan uang. Padamu belakangan ia cerita, di penambangan itu, saat mengeruk kulit Bumi, tidak hanya mendapatkan seperti yang dicari; tanah, pasir, kerikil, batu gamping, marmer, melainkan kadang menemukan harta atau benda berharga dari masa lalu. Penemuan itu tidak dilaporkan ke perusahaan. Rahasia di antara ia dan buruh yang menemukan. Bahkan di penambangan pernah menemukan pula fosil purba.

Kau pun adalah kerahasiaan itu. Kerahasiaan yang rentan dan mencelakakan. Maka kau mempersiapkan diri bila ternyata masa depan menikammu.

Kau perkuat kualitas dirimu dengan ilmu dan skill diri di organisasi kampus. Kau cari beasiswa, bekerja di persewaaan VCD, dan membuat kue yang kau titip di warung-warung. Bahkan sesekali pernah mengajukan diri jadi baby sitter harian. Kau selalu dalam kesibukan.  

Kau juga dibayang-bayangi hujatan sebagai istri simpanan. Istri atau wanita simpanan sama-sama di mata masyarakat. Sama-sama tanpa akta nikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun