Ia pun ada keinginan juga begitu, tapi belum mampu mencapainya apalagi memasuki Ruang Kenikmatan itu. Ia telah mendengar kabar, sebagian manusia masanya berhasil dengan tetap utuh akan kediriannya memasuki Ruang-Ruang Kenikmatan. Namun sebagian manusia lainnya banyak juga tak berhasil malah menjadi aus, lebur, hilang diri sebelum memasuki Ruang Kenikmatan.
Karena itulah, manusia pada masanya banyak yang hilang, raib tak kembali. Populasi mereka pun berkurang perlahan-lahan. Sementara mengembang-biakkan diri acuh tak acuh malah ada yang sampai jijik karena serupa binatang, alasannya.
***
Ia kini melihat, penyebab manusia jenis dirinya hilang, raib bukan karena aus atau telah memasuki Ruang-Ruang Kenikmatan. Akan tetapi, manusia jenis dirinya hilang perlahan karena manusia kini telah mengandalkan kekuatan dan kemampuan pada benda-benda yang diciptakan. Benda-benda itulah menghilangkan manusia jenisnya.
Geram ia melihat akan benda-benda itu yang katanya untuk memudahkan urusan hidupnya padahal baginya benda-benda itulah yang menyusahkan hidup manusia kini. Mesti dibawa ke mana-mana secara lahir dan batin. Ia saja pergi kemana-mana hanya modal bawa tubuh dan menutup kebugilan dengan warna manasuka yang disediakan alam.
Ia menangis sedih. Lalu dengan kesedihan bercampur semangat ingin tahu, ia menelusuri jejak-jejak waktu. Melihat perubahan yang dialami manusia jenisnya, yang meninggalkan kemampuan dan kekuatan akan dirinya, hingga beralih drastis menjadi manusia yang bergantung pada benda-benda.
Dalam perjalanan waktu pulang, menuju masanya, jejak petaka pertama yang ditemui adalah: manusia menulis pada benda! (Ilmu pengetahuan manusia kini menyebutnya sebagai masa awal sejarah dimulai). Mulai muncul manusia jenisnya keinginan menulis untuk menyampaikan maksud lewat benda. Kebiasaan itu menghapus kemampuan dan kekuatan manusia sebelumnya yang mampu berkomunikasi dengan jiwa pada siapa dan apa saja yang dikehendaki.
Terus ia telusuri jejak waktu. Terus dan terus. Singkat cerita, sampailah ia kembali pada masanya. Diketahuilah akar petaka itu.
Ia pun menangis sepenuh jiwa hingga air matanya mencipta sungai-sungai dan mengumpul menjadi samudera.
Adalah akar petaka kenapa kemampuan dan kekuatan manusia akan dirinya hilang, manusia masanya mulai timbul penyakit "gila" mencari dan memasuki Ruang-Ruang Kenikmatan untuk dirinya sendiri. Lupa membagi kemampuan dan kekuatan itu untuk diteruskan pada generasi selanjutnya agar terus terjaga.
Tak ada yang percaya dan menyadari awal petaka itu. Manusia masanya menganggap bahwa kemampuan dan kekuatan manusia jenisnya adalah suatu yang terberi dan tak akan hilang sepanjang masa. Tak perlu dibagi-bagi.