Mohon tunggu...
Faza NurF
Faza NurF Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Semangatt menulis..

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mahkota dan Jubah Kehormatan untuk Ayah dan Ibu

7 Februari 2021   17:48 Diperbarui: 7 Februari 2021   18:23 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Kita berangkat dulu yaa kak. " Pamit Hafidz pada kakaknya.

"Iyaa fidz, kalian hati-hati yaa kabari kakak jika sudah sampai. Maaf kakak tidak bisa antar sampai bandara." Ucap kakaknya.

" Iyaa kak tidak apa-apa.. Kami pamit yaa assalamu'alaikum. "
Ucap Hafidz dan ibunya bersamaan.

"Wa'alaikumsalam." Jawab wihdah.

Setelah melakukan perjalanan yang jauh akhirnya mereka pun sampai di tanah suci mekkah.
Hafidz tidak menyangka bisa menginjakkan kaki di sini. Semuanya terasa mimpi. Dan ia sangat sangat bersyukur bisa diberi kesempatan yang tidak bisa semua orang lakukan.

Mereka mematuhi apa-apa yang diucapkan pembimbing jama'ah. Dan menjalani ibadah di sana dengan penuh kekhusyukan. Sampai pada saat sedang tawaf di masjidil Haram Hafidz menggandeng ibunya di sebelah kanan takut-takut pegangan nya terlepas dan membawa ibunya ke depan hajar aswad agar bisa menyentuh bahkan mencium nya. Dalam hati ia berkata

"Yaaa Allah Terima kasih atas segala nikmat-Mu...
Ayah sampai hari ini Hafidz telah menjadi seorang Hafidz yang ayah inginkan dan membawa ibu ke tanah suci ini. Semoga suatu saat nanti Hafidz bisa benar-benar memakaikan ayah mahkota dan jubah kehormatan yang ayah impikan."
Ucapnya sambil meneteskan air mata sambil tersenyum.

BAGIAN 9
Kini Hafidz telah dewasa, menjadi seorang penceramah kondang yang cerdas, lulusan Al Azhar Mesir dan telah memiliki penghidupan yang layak. Ibunya bukan hanya dibahagiakan dengan harta tetapi dengan kesholehan Hafidz yang MasyaaAllah. Membuat beberapa wanita pun terpikat dengan kesholehan dan sifat tawadhu nya. Kakaknya telah menikah dengan seorang putra dari pemilik pesantren di Jawa Timur dan dibawa tinggal oleh suaminya.

Hafidz dan ibunya walaupun sudah memiliki banyak harta tetap selalu bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan. Jika ditanya kenapa, maka ia akan menjawab

"Sebagaimana halnya air, nikmat dunia juga tidak bisa kita tampung secara berlebihan, melainkan harus dialirkan. Jika saluran tersumbat maka air yang berlebihan akan berakibat banjir yang justru menyebabkan malapetaka. "

TAMAT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun